TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Peternak ayam Jembrana akhirnya memilih solusi yang ditawarkan Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jembrana untuk budidaya maggot.
Dimana maggot mampu cepat melakukan penguraian kotoran ayam.
Sehingga membuat bau dan lalat yang sering menjadi persoalan pun bisa ditanggulangi.
Hal ini diketahui, dari sebagian pelaku usaha peternakan ayam, baik ayam petelur dan ayam broiler, yang mempelajari budidaya maggot kepad adalah satu peternak ayam di warung Bidadari Desa Kaliakah Kecamatan Negara, Jembrana.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jembrana Dewa Gede Ary Candra Wisnawa, mengatakan, bahwa pihaknya memberikan bimbingan teknis kepada para peternak ayam di wilayah Jembrana.
Baca juga: Maggot Jadi Solusi untuk Peternakan Ayam di Jembrana
Baca juga: Peternak Ayam Petelur di Jembrana Gunakan Maggot Sebagai Solusi Hilangkan Bau
Hal ini dilakukan dengan pihak dinas pertanian dan pangan, melalui bidang peternakan, untuk budidaya maggot sebagai solusi bau dan lalat.
“Para peternak tertarik untuk menerapkan di tempat usaha ayamnya. Karena selama ini, salah satu masalah yang mereka hadapi di peternakan adalah lalat, terutama di musim hujan,” ucapnya Selasa 11 Januari 2022.
Menurut Dewa Ary, bahwa persoalan lalat dan bau, membuat warga sekitar peternakan mengeluh.
Sehingga, pihaknya sengaja mengajak beberapa peternak yang selama ini sering dikeluhkan warga sekitar.
Dengan melihat langsung di peternakan milik pembudidaya maggot, Hasib Sucipto itu kemudian, peternak mengakui bahwa tidak ada lalat di peternakan, bahkan bau yang umumnya menyengat hingga keluar lingkungan peternakan tidak ada.
“Disepakati akan menerapkan itu di peternakan masing-masing,” jelasnya.
Dewa Ary menambahkan, bahwa dalam budidaya maggot, maka diperlukan konsistensi.
Sebab, maggot hanya dlaam sekali modal di awal, kemudian akan terus-terusan memanen.
Baca juga: Budidaya Maggot yang Sempat Diatensi Bupati Giri Prasta di Desa Buduk Kini Tak Lagi Beroperasi
Baca juga: Kisah Pembudidaya Maggot di Jembrana untuk Menyambung Hidup, Pemintaan Datang dari Jawa hingga Papua
Karena itu, perlu konsistensi, dan ke depan pelaku usaha bisa menjalankan usaha peternakan lebih tenang dan ramah lingkungan.
“Warga tidak lagi mengeluhkan dampak yang ditimbulkan. Terutama serangan lalat dari peternakan ke pemukiman warga,” bebernya. (ang).