Sedangkan Tamas mendahulukan ketamakan.
Keduanya akan seimbang jika didominasi oleh sifat Satwam.
Atau sifat yang mendahulukan kebaikan dan ajaran Dharma dibandingkan yang lain.
Dari berbagai sumber yang Tribun Bali kumpulkan, Sad Ripu tidak akan hilang begitu saja.
Karena manusia terikat oleh Panca Indria selama masih hidup.
Namun dengan potong gigi, Sad Ripu bisa dikendalikan dan tentu saja dibarengi dengan kesadaran masing-masing orang yang melakukannya.
Untuk itulah, upacara potong gigi sama pentingnya dengan upacara Manusa Yadnya lainnya dalam Hindu di Bali.
Terkadang upacara ini dibarengi dengan upacara mawiwaha atau pernikahan.
Namun tentu saja dengan sarana upakara tersendiri yang berbeda dari upacara pawiwahan.
Kemudian banyak orangtua berpesan, agar tatkala sang anak disangih tidak menutup matanya.
Baca juga: Layaknya Orang Mati, Ini Esensi Mesangih Dalam Ajaran Hindu di Bali
Karena posisi orang mesangih mirip seperti jenazah, sehingga pantang menutup mata.
Agar terhindari dari marabahaya, mesangih pun dilakukan hanya sekali seumur hidup.
Apabila sampai meninggal tidak sempat mesangih, maka bisa dilakukan prosesi mesangih pada mayat.
Tentu saja banten dan tata cara melakukannya berbeda dengan memotong gigi orang yang masih hidup.
Menurut Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, ada tata cara khusus orang mesangih jika sudah meninggal.
Salah satunya alat sangih yang digunakan bukan pisau sangging.
(*)