Berita Bali

Sempat Kosong di Beberapa SPBU Denpasar, Harga Pertalite dan Elpiji 3 Kg Dikabarkan Bakal Naik

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Antrean pembelian BBM jenis Pertalite yang mengular di SPBU Jalan Hayam Wuruk, Denpasar pada, Selasa 5 April 2022 - Sempat Kosong di Beberapa SPBU Denpasar, Harga Pertalite dan Elpiji 3 Kg Dikabarkan Bakal Naik

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pemerintah akan mengkaji lebih lanjut kenaikan harga komoditas yang dibutuhkan masyarakat banyak, yakni Pertalite dan elpiji 3 (kg) kilogram.

Pernyataan mantan menteri perindustrian ini menyusul pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Luhut Binsar Pandjaitan yang memberi sinyal kenaikan Pertalite, Premium, dan elpiji.

Airlangga menuturkan, pengkajian diperlukan lantaran komoditas itu menjadi yang paling banyak dikonsumsi masyarakat dibanding barang sejenis lainnya.

"Sekarang kita masih mengkaji. Sesudah kita kaji, kita akan umumkan. Tapi saat sekarang belum," kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 5 April 2022.

Baca juga: Nelayan di Karangasem Pilih Tak Melaut Lantaran Stok Pertalite Langka

Sebagai informasi, kenaikan harga komoditas minyak dan gas alam terjadi di tengah kondisi pemulihan ekonomi, salah satunya dipicu oleh kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

Mengutip Bloomberg, haga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berjangka naik 0,69 poin atau 0,67 persen ke level 103,97 dolar AS per barrel.

Sementara itu, minyak mentah Brent berjangka naik 0,81 poin atau 0,75 persen ke level 108,34 dolar AS per barrel.

Sejatinya, pemerintah sudah menahan kenaikan harga minyak sejak tahun lalu.

Hal ini berdampak pada bengkaknya subsidi energi yang digelontorkan sepanjang 2021 dan tahun 2022.

Tercatat hingga Februari 2022, besaran subsidi energi yang disalurkan pemerintah kepada PLN dan Pertamina mencapai Rp 21,7 triliun atau 11,3 persen terhadap APBN.

Subsidi energi senilai Rp 21,7 triliun itu terdiri dari subsidi reguler energi tahun ini yang sebesar Rp 11,48 triliun dan kurang bayar di tahun sebelumnya Rp 10,17 triliun.

Selain peningkatan harga, naiknya subsidi energi hingga Februari 2022 terjadi karena meningkatnya volume konsumsi BBM, elpiji, dan listrik seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat.

Tercatat, volume BBM yang disubsidi melonjak menjadi 1,39 juta kilo liter dari 1,18 juta kilo liter di periode yang sama tahun 2021.

Sementara itu, volume elpiji 3 kg yang disubsidi naik jadi 632, 7 juta kg dari 603,2 juta kg.

Lalu, pelanggan listrik subsidi naik menjadi 38,2 juta dari 37,2 juta di periode yang sama tahun lalu.

Sebelumnya diberitakan, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan memberikan sinyal akan ada lagi kenaikan BBM dan elpiji 3 kilogram (kg) pada tahun ini.

"Over all, yang akan terjadi itu Pertamax, Pertalite, Premium belum, gas yang 3 kilo itu (ada kenaikan) bertahap. Jadi 1 April, nanti Juli, nanti September itu bertahap (naiknya) dilakukan oleh pemerintah," bebernya ditemui di Bekasi Timur dalam kunjungannya melihat progres LRT, Jumat 1 April 2022.

Sempat menyebut BBM jenis Pertalite bakal naik, Luhut tidak menepis hal tersebut.

Tetapi yang sudah dipastikan kebutuhan masyarakat yang akan naik adalah elpiji 3 kg.

Luhut bilang, sejak 2007 harga elpiji 3 kg tidak pernah ada perubahan, maka dari itu pemerintah memutuskan bakal menaikkannya, namun tetap disubsidi.

"Iya semua akan naik enggak ada yang enggak akan naik. Jadi bertahap kita lakukan. Ada yang disubsidi yang tadi untuk rakyat kecil. Tapi seperti gas 3 kg ini dari 2007 enggak pernah naik, kan enggak fair juga," ucapnya.

Sementara itu, pengguna kendaraan mengeluhkan kosongnya pertalite di beberapa stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) Kota Denpasar.

Jamal, pengendara motor saat ditemui di satu SPBU di Jalan Hayam Wuruk Denpasar, mengatakan, ia sudah lama menggunakan pertalite dan sempat kebingungan membeli pertalite karena stoknya yang kosong di beberapa SPBU.

"Sudah lama saya pakai pertalite. Kalau harganya sampai naik, takut tidak bisa jalan kerja. Kemarin juga sempat kosong, di Hayam Wuruk sempat ngantre kosong tiga hari yang lalu. Tidak tahu kenapa kosong, katanya masih dalam pengiriman," jelasnya, Selasa 5 April 2022.

Sementara itu, PT Pertamina (Persero) melalui Sub Holding Commercial & Trading yaitu PT Pertamina Patra Niaga mengatakan, terdapat permintaan yang meningkat dari BBM RON 90 yaitu pertalite serta solar bersubsidi 10 dan 15 persen.

Saat ini penyaluran BBM tersebut masih berjalan lancar di tengah permintaan yang meningkat.

"Sejak 1 April 2022, telah terjadi peningkatan konsumsi produk BBM jenis Pertalite dan Biosolar masing-masing 15 persen dan 10 persen," jelas Area Manager Communication & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Deden Mochamad Idhani.

Deden mengatakan, untuk wilayah Bali, penyaluran bulanan pertamax 12.200 kiloliter (KL), pertalite 55.000 KL dan solar 13.000 KL per bulan.

Untuk stok BBM di seluruh terminal BBM dalam kondisi aman dan cukup, namun karena proses penyaluran dari terminal BBM ke SPBU menggunakan mobil tangki dan membutuhkan waktu, jika ada SPBU yang butuh suplai maka ada jeda waktu pengisian ke SPBU tersebut.

Harga kedua produk tersebut tidak naik yaitu pertalite dengan harga Rp 7.650/liter dan solar subsidi Rp 5.150/liter.

Mengenai dugaan peralihan konsumsi masyarakat dari pertamax ke pertalite, Deden mengatakan, hal itu dikembalikan kepada konsumen sebagai pemilik kendaraan.

“Tentunya pengisian jenis BBM merupakan hak konsumen yang disesuaikan dengan kemampuan dan spesifikasi kendaraan. Namun, jika konsumen yang sebelumnya telah menggunakan pertamax dan terus menggunakan produk tersebut kami sangat mengapresiasi karena dengan penggunaan pertamax artinya mendukung terciptanya udara yang lebih bersih,” tambahnya.

Deden juga mengingatkan agar konsumen tidak perlu mengkhawatirkan pasokan BBM di SPBU.

Baca juga: BBM Pertalite Kosong di Beberapa SPBU Denpasar, Pertamina Sebut Masih Proses Pendistribusian

Konsumen diimbau tidak melakukan panic buying, karena stok BBM di terminal-terminal BBM Pertamina, menurutnya, sangat cukup, namun karena proses pendistribusian menggunakan mobil tangki, maka pihaknya membutuhkan waktu perjalanan atau proses penyaluran dari Terminal BBM ke seluruh SPBU.

Deden menambahkan, konsumen diharapkan dapat menghubungi Pertamina Contact Center 135 jika menemukan kendala ketersediaan produk di SPBU.

Sementara itu, ada salah satu petugas SPBU di Denpasar Barat yang identitasnya tidak ingin dipublikasikan mengatakan, BBM Pertalite akhir-akhir ini memang diburu warga karena harganya yang lebih murah dari pertamax.

"Akhir-akhir ini sejak pertamax naik dan premium dihapus. Stoknya cepat habis karena banyak permintaan. Tapi sayangnya distribusinya lambat dan dibatasi, sehingga kadang stok pertalite sempat sampai kosong," kata petugas SPBU tersebut.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution menyebutkan lonjakan konsumsi pertalite yang terjadi 10 sampai 15 persen hanya bersifat sementara.

"Kami yakin lonjakan ini hanya temporary (sementara) saja hanya 10 sampai 15 persen, kemudian kami yakin akan kembali normal," ujarnya dalam tayangan Energy Corner CNBC dilansir dari Antara, Selasa 5 April 2022.

Alfian menjelaskan, keputusan menaikkan harga pertamax telah menciptakan pergeseran konsumsi 10 sampai 15 persen dari pertamax ke pertalite.

Ia menduga peralihan konsumsi itu terjadi karena masyarakat terkejut mengetahui harga pertamax naik.

Menurut Alfian, masyarakat Indonesia saat ini telah sadar mutu di mana produk pertamax memiliki kualitas yang lebih baik dengan emisi karbon yang lebih rendah, sehingga lonjakan konsumsi dan kelangkaan pertalite diprediksi tidak akan berlangsung lama.

Saat ini, Pertamina memiliki berbagai program khusus agar konsumen pertamax tidak beralih ke pertalite melalui program-program hadiah maupun promo-promo lainnya.

Tak hanya itu, perseroan juga terus mengedukasi masyarakat untuk memilih BBM berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.

"Kami harapkan pergeseran konsumen pertamax ke pertalite ini tidak berlangsung lama dan tidak besar jumlahnya," ucap Alfian.

Pada 1 April 2022 lalu, Pertamina telah menaikkan harga pertamax dari sebelumnya kisaran Rp 9.000 sampai Rp 9.400 per liter menjadi Rp 12.500 sampai Rp 13.000 per liter sebagai langkah penyesuaian atas tingginya harga minyak mentah dunia.

Keputusan menaikkan harga pertamax itu lantas membuat permintaan bahan bakar minyak jenis pertalite yang dijual Rp 7.650 per liter melonjak di beberapa daerah dan memicu kelangkaan stok di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum.

Berdasarkan analisa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mahalnya harga minyak dunia dan memasuki bulan Ramadhan yang diikuti dengan kondisi ekonomi yang berangsur pulih dapat mendorong peningkatan konsumsi BBM.

Pemerintah bersama Pertamina memastikan agar pasokan BBM tersedia terkhusus BBM yang paling banyak dikonsumsi masyarakat termasuk pertalite.

Puluhan Nelayan Tak Melaut

PULUHAN nelayan di Ujung Pesisi, Tumbu, Kecamatan/Kabupaten Karangasem terpaksa tidak melaut karena langkanya pertalite dan pertamax di beberapa SPBU di Karangasem, terhitung dari Jumat 1 April 2022 sampai Selasa 5 April 2022 siang.

Rahman Hidayat, nelayan dari Ujung, mengungkapkan, sejak 1 April 2022 banyak nelayan terpaksa tak melaut.

Pemicunya karena langkanya bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite di setiap SPBU.

Apa yang meenyebabkan pertalite langka di SPBU belum diketahui para nelayan.

Baca juga: Pertamax Naik, Pasokan Pertalite di Beberapa SPBU di Karangasem Kosong,

"Stok pertalite langka. Pagi hari nelayan berebut beli pertalite. Sebagian besar nelayan nggak dapat. Makanya kebanyakan nelayan terpaksa tak melaut dan istirahat di rumah. Ada juga beberapa terpaksa pakai pertamax," kata Rahman, ditemui areal Ujung Pesisi, Selasa 5 April 2022 siang.

Ditambahkan, nelayan yang turun melaut sebagian besar memakai bahan bakar jenis pertamax. Tapi penghasilannya tak sebanding dengan pengeluaran.

"Kemarin saya turun melaut pakai pertamax. Cuma mendapat tangkapan 7 ekor. Tak sebanding dengan pengeluaran," imbuhnya.

Para nelayan berharap stok pertalite di SPBU kembali normal seperti sebelumnya.

Sehingga para nelayan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

Seandainya nelayan beralih ke pertamax terlalu mahal.

Apalagi 1 April 2022 harga pertamax alami kenaikan sekitar Rp 12.500 sampai Rp 13.000.

"Beli satu liter pertamax sama dengan membeli 2 liter pertalite. Makanya nelayan masih berpikir beralih bahan," tambah Maman, sapaan akrabnya.

Tak hanya nelayan di Ujung Pesisi, sebagian besar nelayan di Kabupaten Karangasem juga mengeluhkan kondisi naiknya harga pertamax.

Untuk mngisi waktu luang, nelayan yang tak turun melaut memilih perbaiki peralatan melaut.

Menata jaring, perbaiki jukung, dan memperbaiki peralatan melaut lainnya.

Ada juga nelayan beralih profesi sementara jadi buruh bangunan, petani, peternak, serta usaha untuk kebutuhan tiap hari.

Info di lapangan, beberapa nelayan di daerah lain di Karangasem juga mengeluhkan kondisi serupa, yakni harga pertamax yang naik.

Seperti nelayan di Desa Seraya dan Desa Bugbug Kecamatan Karangasem, di sekitar Kecamatan Kubu serta Kecamatan Abang. (sar/kompas.com/ful)

Kumpulan Artikel Bali

Berita Terkini