TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seperti apa kisah perjalanan hidup Komang Aryantara sejak kecil hingga menjadi pesepak bola professional di usia-17 tahun ini, tentunya ini merupakan sebuah pencapaian dari usaha kerja kerasnya.
Namun tidak lengkap rasanya jika tidak mengorek cerita dari ibundanya, Nengah Ratmiasih. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana perasaan Ibu, Komang menjadi pemain professional di Bali United?
Perasaan saya terutama saya bangga sama Komang Aryantara sampai dia bisa ikut di senior permainan sepak bola di Bali United sebagai ibu saya bangga sekali. Komang merupakan bersaudara tiga.
Komang paling kecil. Kakaknya yang cowok kerja di swasta. Kakaknya yang cewek sudah menikah.
Baca juga: Kisah Komang Aryantara Kiper Muda Bali United, Sejak Kecil Idolakan M Ridho
Bagaimana Komang waktu kecil? Seperti apa dukungan ibu?
Komang memang dari kecil SD kalau ke pantai sering main bola.
Saya tidak pernah melarangnya main bola. Kalau memang ada waktu, bantu ibu jualan.
Kalau latihan fokus latihan, yang penting komang bisa mengatur waktu.
Kalau sudah ada niat, ya lanjutkan.
Pernah dia bilang mau serius menekuni sepak bola, ya sudah.
Yang penting bisa bagaimana caranya mengatur waktu.
Apalagi sekolah dan latihan menjadi tantangan.
Diatur sekolah sama bolanya, tiyang mendukung penuh untuk main bola.
Komang tetap kok bantu jualan. Kalau tidak latihan, pasti bantuin.
Sepatu dan sarung tangan cukup mahal selama ini bagaimana memenuhi keinginan Komang?
Masalah biaya saya penghasilan cuma di warung saja.
Sedikit demi sedikit buat sekolah dan peralatan bola.
Biasanya satu bulan kedepan mau beli apa, sedikit demi sedikit disisain.
Pasti begitu. Kalau punya kemauan beli apa kebutuhan sepak bola, saya sisihkan sedikit.
Resmi dapat kontrak 3 tahun, pernah menduga tidak Komang bisa menjadi pemain sepak bola profesionall di usia 17 tahun?
Saya tidak menduga Komang mendapat kontrak Bali United ini.
Saya tidak pernah ikuti dia lihat main bola. Tidak pernah ikut ke mana-mana soalnya saya.
Kebanyakan orangtua yang lain dating.
Komang turnamen latihan, saya tidak ikut, tapi dia cerita setelah latihan.
Saya sendiri cuma bisa bantu doa buat Mang. Saya juga untuk keseharian sendiri berjualan.
Tidak pernah menduga Komang masuk Bali United.
Tuhan baik sekali kepada Komang dan keluarga.
Waktu habis teken kontrak langsung ngasih tahu, saya dikontrak BU.
Saya tidak bisa bilang. Terharu, bangga campur aduk. Saking bangganya pengin nangis.
Tidak menyangka. Di tengah keterbatasan, Komang mendapatkan rezeki ini.
Dia bilang sama saya tinggal di mess.
Baca juga: KISAH Inspirasi, Agar Lulus UTBK Undiksha Singaraja Gita Beli Buku Bank Soal
Tidak bisa bantu jualan lagi. Tidak apa, yang penting ingat sama ibu. Saya bisa doain buat Komang.
Masih di Bali, masih bisa pulang. Dekat.
Saya pernah mengantar sebelum berangkat ke Kuta waktu turnamen SFA di Bandung.
Saya mendukung Komang. Kedepannya gimana, saya dukung.
Apa harapan ibu kedepan buat Komang?
Khusus buat Komang supaya bisa nurut sama pelatih, kakak senior.
Harus bisa gimana caranya kedepan lebih baik dari sekarang.
Rendah hati, jangan pernah merasa tinggi hati. Tidak sombong.
Bagaimana kehidupan ibu saat ini?
Saya jualan di Sanur dan tinggal di Padanggalak. Kalau tidak jualan di sini (Sanur), nanti bisa di Padanggalak.
Dermaganya mau jadi. Ada kemungkinan digusur, tetap akan jualan di sana.
Di Padanggalak tidak tahu. Rumornya mau digusur juga.
Tidak tahu kedepannya gimana. Kondisinya masih kayak gini.
Baru di sana berapa tahun. Dulu kontrak 7 tahun di sini, pindah.
Kalau jualan di sini dari ibu saya masih muda.
Sudah 23 tahunan di sini. Dari jualan sate di sini.
Setiap hari saya doakan Komang. Dia berangkat ke luar kota, ingat doa.
Sering komunikasi teleponan setiap Komang mau main, anak bungsu paling kecil. (adrian amurwonegoro)
Kumpulan Artikel Bali United