TRIBUN-BALI.COM - Dinas Kesehatan Jembrana tak menampik bahwa warga asal Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo meninggal diduga rabies. Sebab, gejala yang ditimbulkan sebelumnya adalah mengarah ke rabies atau mengalami peradangan otak atau ensefalitis.
Hanya saja, untuk HPR atau anjingnya belum dilakukan pengecekan sampel lantaran setelah anjing tersebut mati langsung dikubur.
Setelah peristiwa ini, Dinas Kesehatan Jembrana menyebutkan sudah ada empat orang warga yang meninggal dunia dengan status suspek rabies.
Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana membenarkan bahwa warga Tegalcangkring yang meninggal dunia adalah suspek rabies. Pasalnya, sebelum meninggal ada riwayat gigitan anjing namun yang bersangkutan justru tak datang ke faskes untuk mendapatkan layanan vaksin anti rabies (VAR).
"Anjingnya kemarin sudah rusak (dikubur) baru dilaporkan sehingga tak bisa diambil sampel otaknya. Kemudian untuk warga tersebut mengarah ke rabies, sehingga kita sebut suspek rabies," kata dr Dwipayana saat dihubungi, Minggu 19 Juni 2022.
Menurutnya, penanganan pertama untuk rabies harus dilaksanakan dari hulu atau HPR itu sendiri. Apalagi pada 2020 dan 2021 lalu penanganan atau vaksinasi massal rabies ditiadakan karena anggaran direfocusing untuk Covid 19. Pihaknya pun mengakui sudah selalu berkoordinasi dengan Dinas Pertanian yang membidangi untuk menangani sektor hulunya.
Kemudian, kata dia, untuk penanganan di manusianya adalah dengan melakukan perawatan di awal yakni cuci bersih luka atau bekas gigitan dengan sabun serta air mengalir selama 10 menit. Kemudian, warga langsung datang ke faskes terdekat. Dan jika warga diserang oleh aniing liar serta tiba-tiba menyerang manusia tanpa diprovokasi akan langsung mendapat layanan VAR, sedangkan untuk aniing peliharaan akan melakukan proses terlebih dahulu, misalnya observasi.
"Sebearnya yang paling penting adalah penanganan HPR. Kemudian melakukan penanganan awal dengan mencuci luka gigitannya minimal 10 menit dan datang ke faskes," jelasnya.
Sejauh ini stok VAR di Kabupaten Jembrana tercatat masih 414 dosis per Jumat 17 Juni 2022. Jumlah tersebut berkat tambahan 300 dosis. Namun jumlah 300 dosis tersebut akan menjadi stok di Kabupaten. Dia juga berharap kedepannya mendapat tambahan VAR sekitar 300-500 dosis lagi.
Baca juga: Warga Tegalcangkring Meninggal Dunia Diduga Rabies, Alami Panas Seluruh Tubuh
Baca juga: Antisipasi Rabies! Dinas Pertanian Tabanan Gelar Vaksinasi Senin 20 Juni 2022, Ini Tempatnya
"Intinya penanganan di HPR dulu, jika itu belum dilaksanakan VAR nantinya akan kewalahan. Karena berapapun disiapkan pasti akan habis," tandasnya.
Empat Orang Warga Meninggal Suspek Rabies
Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana menyebutkan, selama periode Januari-Juni 2022 ini sudah tercatat empat orang warga Jembrana yang meninggal dunia dengan status suspek rabies.
"Sampai yang kemarin sudah ada empat orang warg yang suspek rabies di Jembrana," sebutnya.
Dia pun berharap kepada masyarakat agar melakukan langkah-langkah penanganan awal jika diserang anjing liar maupun peliharaan.
Sebelumnya, seorang warga di Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana meninggal dunia Jumat 17 Juni 2022 pagi kemarin. Warga yang diketahui bernama I Made S (41) ini diduga meninggla karena rabies. Sebab, tiga bulan sebelum meninggal, ia sempat mendapat gigitan dari anjing positif rabies pada areal tangan. Parahnya, saat itu yang bersangkutan justru enggan datang ke faskes terdekat sehingga tak mendapat layanan vaksin anti rabies (VAR).