TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Badung, mulai melandai setelah mengalami lonjakan dratis sejak lima bulan terakhir.
Berdasarkan data yang diperoleh Minggu 31 Juli 2033, kasus akibat gigitan Nyamuk Aedes Aegypti ini pada bulan Juli hanya mencapai 19 kasus.
Hal ini tentu jauh berbeda dengan kasus DBD pada bulan- bulan sebelumnya. Pasalnya pada awal tahun, kasus DBD di Badung mencapai ratusan kasus selama sebulan.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Badung dr. Wayan Darta saat mengakui terjadi penurunan kasus DBD di Kabupaten Badung. Bahkan kini katanya kasus DBD hanya diangka belasan selama sebulan.
"Tren penurunan kasus DBD mulai terlihat di Bulan Juni hingga turun drastis di Bulan Juli dengan jumlah kasus 19 orang," kata dr Darta saat dikonfirmasi.
Pihaknya mengakui, berdasarkan catatannya paling tinggi itu kasus DBD pada bulan Mei yakni 158 kasus dari 89 kasus pada awal tahun 2022. Kendati demikian, Dirut RSD Mangusada ini mengakui, terjadi fluktuasi dalam lima bulan terakhir. Seperti Februari turun menjadi 52 kasus, namun naik lagi di Bulan Maret menjadi 60 kasus, April 81 kasus hingga puncaknya Mei 158 kasus.
"Di bulan Juni kami rasa sangat tinggi juga sampai 142 kasus. Sehingga kami gencarkan sosialisasi, dan pemahaman kepada masyarakat melalui tim jumantik," bebernya.
Dengan memaksimalkan penanganan DBD, pada Bulan Juli 2022 kasus DBD hanya 19 kasus. Pihaknya pun mengakui jika tingginya kasus DBD juga dipengaruhi oleh cuaca. Mengingat pada bulan sebelumnya curah hujan tidak menentu.
"Sejak awal tahun ini kasus DBD paling banyak terjadi di Kuta Selatan, disusul Mengwi dan Abiansemal. Sedangkan paling rendah di Petang yang rata-rata hanya 1 sampai 2 kasus," ungkapnya.
Meski terjadi tren penurunan kasus, namum pihaknya terus berupaya mengajak masyarakat untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, sehingga dapat meminimalisir terjadinya serangan demam berdarah.
"Kami tetap mengimbau masyarakat agar tidak lengah. Jika kebersihan lingkungan tidak terjaga dengan baik, DBD masih menjadi ancaman, jadi tetap lakukan gerakan 3M plus, karena itu adalah kunci untuk pencegahan munculnya DBD," jelasnya.
Disebutkan, masalah DB ini sejatinya menjadi kewajiban bersama, karena penanggulangan yang harus bersifat simultan. Seperti fooging saja tidak akan menyelesaikan masalah, karena siklus nyamuk yang 4 siklus ini membutuhkan peran serta langsung dari masyarakat, seperti halnya menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan.
"Petugas jumantik terus dikerahkan. Hanya saja dengan merebaknya virus Covid-19, petugas jumatik kami minta berkoordinasi dengan masyarakat di lapangan," ucapnya.
Sebelumnya, Rumah sakit Daerah (RSD) Mangusada mencatat ratusan pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang di rawat hingga bulan Juni 2022. Bahkan pihak rumah sakit sampai menambah bed untuk pasien DBD.
Menurut informasi per hari pasien DBD yang masuk 2-3 orang. Sehingga sampai akhir Juni 2022, pasien yang dirawat diangka 700 lebih.
Kondisi itu pun dibenarkan pihak RSD Mangusada. Direktur Utama (Dirut) RSD Mangusada dr. I Wayan Darta mengakui saat ini kasus DBD di Badung mulai tinggi. Pihaknya meminta agar masyarakat lebih waspada akan DBD selain virus covid-19.
"Untuk DBD di Badung memang mengalami peningkatan. Kami kemarin sempat kebanjiran pasien DBD untuk dilakukan perawatan," jelasnya. (*)