“Minimal sudah saya kerjakan dan selesaikan dan dari itu saya ingin menjadikannya sebuah buku yang saat ini masih proses,” tutur Sigit Purwono.
Terlepas dari itu, Sigit Purwono telah menerima ucapan terima kasih dari keluarga korban karena tau kejadian sebenarnya dari filmnya.
Lelaki yang saat ini berprofesi sebagai wartawan freelance ini, berharap karya filmnya ini dapat diterima dan bermanfaat untuk masyarakat.
“The White Balance” sebagai jejak digital dapat menjadi literasi dan edukasi, bukan hanya di Bali tetapi juga di tingkat internasional.
Untuk para jurnalis lainnya, ia berharap dapat menjalankan tugasnya dengan profesional dan penuh tanggung jawab.
Jurnalis merupakan saksi yang dapat berbicara karena melihat langsung dan mengalami hal-hal yang terjadi di lokasi kejadian.
Semua itu harus dituturkan dengan sebenar-benarnya sesuai fakta di lapangan. (*)