TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Indonesian People Assembly dan Aliansi Bali Tidak Diam rencanakan menggelar diskusi di Student Center Universitas Udayana pada Senin 14 November 2022.
Diskusi tersebut digelar guna membahas KTT G20 dari sudut pandang kepentingan masyarakat.
Adapun tema yang diangkat dalam diskusi kali ini yaitu, Musyawarah Rakyat Indonesia Menyikapi KTT G20.
Axel selaku penanggung jawab kegiatan itu menuturkan, diskusi digelar guna mengkritisi perhelatan KTT G20.
Ia berpandangan, moda pembangunan yang ditawarkan oleh pemerintah selalu mempersulit rakyat kelas bawah.
“Temanya adalah musyawarah Rakyat Indonesia menyikapi G20. Eksplisit memang, kami mengkritisi G20.”
“Pertama soal moda pembangunan atau resep yang ditawarkan dalam forum G20, di dalam banyak riset, moda pembangunan yang ditawarkan selalu menggilas rakyat miskin,” ucap Axel.
Seperti misalnya pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Medis terbesar di Asia Tenggara.
Selain itu, Axel juga mengambil contoh pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove yang menimbulkan penolakan dari masyarakat sekitar.
Baca juga: Kemenhub Siapkan 33 Titik Tambahan, Bantu 10 Titik Utama Pengaturan Lalu Lintas KTT G20 di Bali
Ia menyebut, kedua contoh tersebut berkaitan dengan KTT G20.
“Pembangunan arsitektur kesehatan, di Bali terutama, itu dibentuk Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Medis terbesar di Asia Tenggara, walaupun itu mem-PHK 300 lebih buruh. Karena itu memang mega proyek yang terhubung untuk menyambut KTT G20.
Axel selaku penanggung jawab kegiatan tersebut menuturkan, jika KTT G20 dihadiri oleh para kepala negara yang membahas soal rakyat, maka diskusi yang digelarnya disebut dihadiri oleh masyarakat itu sendiri.
Ia menyebut, diskusi tersebut rencananya digelar secara luring maupun daring.
“Jika di Nusa Dua, elit dan pemerintah pejabat dunia berbicara masalah rakyat, kami di sini ingin berbicara masalah rakyat dari sudut pandang rakyat.”
“Acaranya memang dibuat secara hybrid ya,” ucap Axel saat ditemui Tribun Bali pada Senin 14 November 2022.