TRIBUN-BALI.COM - Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Jembrana, I Nengah Subagia, menekankan agar pelaksanaan di Krematorium Bahagia Jembrana dikelola dengan baik.
Pemerintah diharapkan hadir untuk merumuskan, siapa pengelolanya nanti.
Di sisi lain, keberadaan tempat kremasi di Gumi Makepung ini diharapkan tidak menghilangkan roh dari adat dan budaya Bali warisan leluhur.
Baca juga: Krematorium Bahagia Jembrana Diresmikan, Bisa Layani 8 Prosesi Kremasi Sehari
Baca juga: RSUP Prof Ngoerah Kremasi 14 Jenazah Terlantar, Didominasi Orok Bayi
"Agar tidak menghilangkan roh adat dan budaya di Bali sendiri.
Hemat kami di MDA, bagaimana pemerintah agar menegaskan program pemanfaatan atau pengelolaannya.
Mungkin desa adat bersangkutan," kata Nengah Subagia saat dikonfirmasi, Rabu 14 Desember 2022.
Menurutnya, pihaknya tetap mendukung fungsi dan manfaat dari program pemerintah.
Karena tujuannya ini, untuk membantu umat dan memudahkan prosesinya.
Selain itu, kata dia, selain membantu umat, juga bisa memberdayakan masyarakat setempat.
Sehingga, ada manfaat dari perekonomian di sekitar desa tersebut.
"Artinya diberdayakan lah semua, termasuk warga setempat," ujarnya.
Disinggung mengenai ada rencana krematorium tersebut, akan diplot menjadi tempat wisata tematik.
Subagia mengaku sangat masuk akal.
Sebab, selain menjadi tempat kegiatan upacara, satu sisi juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata.
"Apalagi tempatnya strategis.
Yang jelas semoga nanti pemerintah mengambil inisiatif untuk membentuk pengelolannya atau yang bertanggungjawab.
Tujuannya agar tidak ada permasalahan seperti kesan, saling klaim satu sama lain. Karena hal ini adalah untuk umat," ungkapnya.
"Intinya jangan sampai ada kesan saling klaim, apalagi masuk kelompok maupun golongan tertentu nantinya.
Karena ini milik umat dan dimanfaatkan oleh umat untuk melaksanakan prosesi Pitra Yadnya," tegasnya. (*)