Sudah hampir dua minggu Kakek Asari mengayuh sepeda gayung untuk menjajakan kembang api jualannya.
Perjalannya ia mulai dari Pasar Dalung, kemudian ke arah RSD Mangusada, Kapal, tergantung ke mana arah hatinya menginginkan.
Jikalau lelah, Kakek Asari beristirahat di pinggir jalan untuk minum air atau tidur sejenak.
Terkadang ada orang yang datang memberinya nasi, minum-minuman, atau uang untuknya.
Ayah satu anak ini menuturkan penghasilannya dari berjualan kembang api setiap harinya tidak menentu.
Ia sendiri bahkan tidak pernah menghitung jumlah penghasilannya.
“Kadang-kadang Rp 50.000, kadang-kadang Rp 25.000.
Ya apapun kita harus syukur, kita sudah untung, Alhamdulillah,” tuturnya.
Kakek Asari bercerita ia meminjam uang kepada seseorang yang ia panggil “bos” sebanyak Rp 5.600.000,.
Ditambahkannya dengan uang sendiri sebanyak Rp 1.800.000, ia jadikan modal berjualan kembang api dan pernak-pernik lainnya.
Tanggal 31 Desember 2022, peminjaman tersebut harus segera ia lunasi, sementara ia sendiri belum tau berapa yang sudah terkumpul.
Saat ini, Kakek Asari dan istri tinggal menumpang di sebuah rumah di Jalan Raya Dalung.
Seorang yang berbaik hati dengan tulus ikhlas, memberikan kamar dan memberikan pekerjaan kepada mereka.
Terkadang Kakek Asari juga mencari pekerjaan lain, seperti ikut dalam proyek pembangunan atau bersih-bersih.
Sementara anak laki-lakinya telah menikah, dan secara mandiri tinggal bersama keluarganya.
Sebuah cita-cita dari seorang Kakek Asari, ia ingin kembali pulang ke kampung halamannya di Jember, Jawa Timur.
Ia ingin memiliki tempat tinggal yang layak di usia senjanya, dengan penghasilan selama 27 tahun merantau di Bali. (*)