TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pemerintah China mengabarkan mereka telah membuka pintu untuk wisatawannya berwisata keluar negeri per 8 Januari 2023 kemarin. Hal tersebut pun disambut positif oleh Pemkab Gianyar, Bali. Sebab, sebelum pandemi covid-19, China merupakan salah satu penyumbang kunjungan terbesar ke Bali, yakni 1,1 juta jiwa pada 2019 silam.
Plt Kadis Pariwisata Gianyar, Gusti Ngurah Bagus Adi Widya Utama, Senin 9 Januari 2023 mengatakan, masyarakat dan pemerintah menyambut positif kebijakan nwgara China yang telah memperbolehkan warganya berlibur keluar negeri. Dimana seperti diketahui, sebelum pandemi, wisatawan China sangat berperan terhadap pendatan asli daerah (PAD) Gianyar.
Sebab mereka yang memiliki budaya wisata rombongan itu, banyak yang memanfaatkan ekomodasi yang ada di Gianyar. Tak hanya iru, mereka yang memiliki kesamaan kuliner dengan Bali, seperti makanan olahan babi, membuat rumah makan khas bali pun menggeliat.
"Kita di Gianyar sangat menyambut optimistis, apalagi wisatawan asal China sangat suka souvenir dan kuliner Gianyar," jelas peia yang karib disapa Bem itu.
Pria lulusan STPDN itu juga mengungkapkan bahwa, pemerintah pusat juga menyambut positif kebijakan China. Sebab Kemenpatekraf sendiri telah memberikan kebijakan Bandara Ngurah Rai sebagai tujuan penerbangan langsung dari China, maka sangat memungkinkan kunjungan wisatawan meningkat drastis.
"Dari data yang ada, jumlah kunjungan wisatawan asal China ke Indonesia mengalami puncaknya di Tahun 2019, dengan jumlah 2,07 juta wisatawan dan sebagian besar mengunjungi Bali. Sedangkan di Tahun 2020 dan 2021 jumlah kunjungan tidak lebih dari 94.000. Secara nasional target kunjungan wisatawan asal China sebanyak 253.000 wisatawan, kita sangat yakin tujuannya ke Bali, khususnya Gianyar, kita harap juga pengusaha Pariwisata di Gianyar bersiap menyambut mereka" ujar Bem.
Berdasarkan catatan Tribun Bali, sejak pandemi covid-19 pada awak 2020 lalu, China menutup semua pintu masuk dan keluar negaranya. Dimana hal tersebut sangat berdampak Bali. Sebab selama ini, tak sedikit pengusaha pariwisata yang telah membuat target market wisatawan China. Baik itu rumah makan, destinasi wisata dan pusat oleh-oleh. Pemandu wisata juga banyak yang berbahasa China.
Ketika wisatawan China tak berkunjung ke Bali, banyak dari mereka yang beralih profesi. Mulai dari pemandu yang berjualan telur hingga restoran China yang berubah menjadi tempat yang menawarkan jasa upacara keagamaan. Selain itu, ada pula destinasi wisata pura di Sukawati yang kehilangan pendapatan miliaran rupiah per bulan karena ketiadaan turia China.
"Wisatawan China memiliki kebiasaan yang hampir sama dengan kita. Mereka menyukai olahan makanan dari daging babi hingga wisata spiritual, sehingga potensi wisatawan China dalam meningkatkan perekonomian Gianyar cukup tinggi," kata Bem lagi. (*)