TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menghantui Kota Denpasar.
Beberapa upaya terus dilakukan untuk menekan kasus tersebut.
Salah satunya dengan melakukan fogging fokus.
Di Denpasar Utara, fogging fokus digelar oleh Puskesmas III Denpasar Utara.
Baca juga: Demam Berdarah Rengut 4 Nyawa di Klungkung Bali Selama 2022
Dalam pelaksanaan fogging tersebut menyasar 15 rumah.
Adapun lokasinya berada di seputaran Jalan Astasura I, Banjar Benbiyu, Kelurahan Peguyangan.
Kepala UPTD Puskesmas III Denpasar Utara, dr. Ida Bagus Jelantik Manuaba memaparkan, pihaknya terus secara intensif melakukan upaya dalam hal pencegahan merebaknya DBD ini.
"Kami secara intensif terus memberikan edukasi dan arahan ke warga terkait dengan gerakan 3M plus. Seperti menguras dan menutup rapat tempat penampungan air, juga mendaur ulang barang bekas penampungan hujan," katanya Minggu 29 Januari 2023.
Selain itu, penambahan ikan pemakan jentik nyamuk pada pot yang berisi jenis tanaman air juga bisa menjadi salah satu langkah andalan dalam mencegah menyebarnya jentik nyamuk ini.
Peran serta masyarakat, menurut dr. Jelantik sangat diperlukan dalam upaya pencegahan penyebaran kasus DBD ini.
Karena dalam langkah pemutusan siklus hidup nyamuk, semua kalangan masyarakat dapat berperan aktif.
"Maka kami tidak bosan untuk terus menghimbau pada warga, agar dapat berperan aktif dan bersama sama dalam upaya penyebaran jentik nyamuk.DBD ini," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr. Anak Agung Ayu Candrawati mengatakan ada tren kenaikan kasua DBD per bulan sejak Desember 2022.
Di mana pada Januari 2023 ini sudah 100 kasus lebih.
Adanya peningkatan kasus ini menurutnya disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu kadang hujan dan kadang panas.
Hal ini menyebabkan banyak air tergenang di tempat penampungan dan menjadi habitat perkembangbiakan nyamuk.
Apalagi menurutnya saat ini masyarakat belum terlalu menyadari hal tersebut.
“Penularannya sangat cepat, misal ada kasus dan darah penderita dihisap nyamuk penyebab DBD maka akan cepat menular,” jelasnya.
Terkait langkah antisipasi penyebaran DBD ini diperlukan peran serta masyarakat.
Karena pencegahan DBD tak akan bisa dilakukan apabila hanya dengan mengandalkan fogging.
“Langkah yang bisa dilakukan sangat simpel, cukup gerakan 3M atau Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) itu paling efektif efisien,” katanya.
Pihaknya mengimbau, agar di setiap rumah ada satu orang yang bertugas memantau jentik minimal seminggu sekali.
“Jika ada air yang tergenang di bak mandi atau penampungan, lakukan pengurasan secara rutin minimal seminggu sekali. Sehingga masyarakat mohon kesadarannya juga, jangan hanya mengandalkan fogging saja dari kami,” katanya.
Ayu Candrawati menambahkan, terkait dengan pelaksanaan fogging, ada beberapa hal atau persyaratan yang harus terpenuhi.
Sehingga tak bisa dilakukan setiap saat apalagi ada dampak serius yang ditimbulkan terhadap kesehatan.
Syarat untuk bisa dilakukan fogging fokus yakni ada tiga kasus dalam radius 100 meter persegi.
Atau ada demam dengan penyebab tidak jelas dan saat pemeriksaan jentik ditemukan ada 20 jentik di kawasan tersebut.
“Karena fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa saja, kalau masih ada jentik nanti akan tumbuh jadi nyamuk dewasa lagi, sehingga tidak mungkin fogging terus-terusan,” katanya.
Selain itu, ada beberapa efek samping dari fogging yakni kanker kulit, gagal ginjal, hingga mual dan muntah jika terlalu banyak menghirup asap fogging.
“Fogging juga harus dilakukan oleh petugas khusus yang terlatih agar pencampuran dosisnya sesuai,” paparnya. (sup)
Kumpulan Artikel Denpasar