Berita Klungkung
Demam Berdarah Rengut 4 Nyawa di Klungkung Bali Selama 2022
Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Bali, pada tahun 2022 lalu ada 4 orang meninggal dunia akibat demam berdarah.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Kartika Viktriani
SEMARAPURA,TRIBUNBALI.COM - Demam berdarah menjadi penyakit tropis yang masih harus diwaspadai di Klungkung, Bali.
Bahkan Dari Data Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, pada tahun 2022 lalu ada 4 orang meninggal dunia akibat demam berdarah.
“Kasus demam berdarah memang masih terus ada. Jika kami bandingkan dengan angka kasus tahun sebelumnya, belum ada penurunan angka yang signifikan,” ujar Kadis Kesehatan Klungkung, dr.Ni Made Adi Swapatni, Minggu 29 Januari 2023.
Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Klungkung, angka kasus demam berdarah pada tahun 2022 mengalami fluktuasi.
Namun tren peningkatan mulai muncul sejak bulan Agustus 2022, hingga Desember 2022.
Pada tahun 2022, di Kabupaten Klungkung juga terdapat 616 warga terinfeksi demam berdarah, dan 4 diantaranya meninggal dunia.
Padahal pada tahun 2021, Kabupaten Klungkung nihil kasus meninggal karena demam berdarah.
Sementara berdasarkan data terakhir Dinas Kesehatan, hingga Rabu 18 Januari 2023 jumlah warga yang terinfeksi demam berdarah di Klungkung sudah mencapai 38 orang.
Kasusnya hampir merata ditemukan di setiap kecamatan di Klungkung, Bali.
Baca juga: Kasus DBD di Denpasar Melonjak, Dinkes Imbau Masyarakat Lakukan Pemantauan Jentik Nyamuk
“Curah hujan yang tidak menentu dan kondisi lingkungan juga menjadi faktor munculnya kasus demam berdarah. Bisa juga pengaruh pandemi, yang membuat kegiatan gotong royong tidak optimal sehingga menjadi faktor pemicu juga kasus demam berdarah,” ungkap Ni Made Adi Swapatni.
Dirinya pun tidak henti-hentinya menghimbau masyarakat untuk mengutamakan pola hidup sehat, termasuk menjaga kebersihan lingkungannya dari jentik nyamuk untuk mencegah kasus demam berdarah.
Setiap ditemukan kasus demam berdarah di suatu wilayah, biasanya Dinas Kesahatan langsung melakukann foging dan upaya pemberantasan sarang nyamuk melalui abatesasi.
Apalagi musim hujan seperti sekarang, banyak tempat genangan air yang bisa menjadi sarang jentik nyamuk.
“Sosialisasi menurut saya sejauh ini sudah berkesinambungan. Tapi kasus demam berdarah ini, memang perlu adanya kesadaran juga dari masyarakat. Agar bagaimana di lingkungannya bisa bebas dari jentik nyamuk,” Jelas Adi Swapatni. (Mit)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.