TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Jumah kasus anjing positif rabies di Kabupaten Jembrana terus bertambah.
Hingga 19 Maret 2023 ini, terdapat tambahan enam kasus positif rabies.
Sehingga, dalam tiga bulan terakhir, Jembrana mencatat ada 24 ekor anjing (HPR) positif.
Baca juga: Pasca Ada Gigitan, Disperpa Badung Turunkan 55 Orang Untuk Melakukan Vaksin Rabies
Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Pertanian Jembrana mengaku bakal terus melalukan pencegahan menanjaknya kasus dengan pelaksanaan vaksinasi rabies emergency maupun massal.
Menurut data yang diperoleh, pada bulan Januari tercatat ada 12 kasus anjing positif rabies. Di bulan Februari tercatat ada 6 ekor anjign positif rabies.
Dan hingga 19 Maret 2023 ini, Jembrana sudah mencatat enam ekor anjing positif rabies. Jumlah tersebut dari total 13 sampel otak yang dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar.
Baca juga: 18 Kasus Gigitan di Jembrana, 2 Meninggal Bergejala Rabies, Rancang Pararem dan Bentuk Satgas Rabies
"Bulan ini kita kirim belasan sampel otak ke BBVet Denpasar. Dan hasilnya ada yang positif dan ada yang negatif," kata Kepala Bidang (Kabid) Keswan-Kesmavet, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Widarsa saat dikonfirmasi, Minggu 19 Maret 2023.
Dia melanjutkan, hingga Minggu 19 Maret 2023, total sampel otak anjing yang dikirim ke BBVet sebanyak 13 ekor. Dari jumlaj tersebut, diketahui ada enam ekor anjing atau HPR yang dinyatakan positif.
"Total sekarang yang tercatat ada 24 ekor kasus anjing positif rabies," ungkapnya.
Baca juga: Vaksinasi Rabies Sasar Tiga Banjar di Jembrana, Buntut Warga Meninggal Dengan Riwayat Gigitan Anjing
Dengan kasus tersebut, kata dia, petugas keswan Jembrana langsung melakukan vaksinasi emergency maupun massal di lokasi yang diketahui terdapat kasus anjing positif rabies.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan ikut memerangi kasus rabies di Jembrana ini. Sebab, kasus rabies tak bisa hanya ditangani oleh pemerintah, butuh kerja sama dan kerja keras masyarakat untuk menjaga populasinya agar tetap sehat.
"Tentunya kita gelar vaksinasi semaksimal mungkin. Stok vaksin kita juga masih aman. Dari stok 10 ribu dosis, saat ini masih tersedia," ungkapnya.
Selain vaksinasi, kata dia, pihaknya juga melakukan upaya pencegahan dengan KIE alias edukasi ke sejumlah sekolah.
Edukasi sangat penting dilakukan agar masyarakat, dimulai dari anak sekolah paham terhadap bahayanya kasus rabies ini.
Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam hal penanganan rabies di Jembrana ini.
Sebab, belakangan ini banyak ditemukan anjing liar yang tiba-tiba menyerang masyarakat.
"Kami harap jika masyarakat menemukan HPR dengan gejala rabies agar segera dilaporkan agar kita lakukan penanganan. Kami harap peran serta masyarakat Jembrana untuk memerangi rabies bersama-sama," imbaunya.
Waspada Gigitan HPR Risiko Tinggi
Sebelumnya, Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Dinas Kesehatan Jembrana, Ida Bagus Made Adnyana mengungkapkan, anjing liar yang menyerang dua orang warga sekolah di PAUD wilayah Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana menjadi pelajaran.
Sebab, salah satu korbannya yakni bocah dua tahun menderita gigitan di areal wajah. Gigitan pada wajah tersebut masuk kategori gigitan risiko tinggi karena berdekatan dengan pusat syaraf.
Menurutnya, pascamenderita gigitan di areal berisiko tinggi wajib mendapat penanganan VAR tahap I.
Hal itu dilakukan sebagai antisipasi jika HPR yang menyerang nantinya dinyatakan positif. Dan jika positif, korban gigitan wajib diberikan Serum Anti Rabies (SAR).
Kemudian, kata dia, jika gigitan di luar risiko tinggi nantinya bakal tetap diberikan VAR. Begitu hasil lab menunjukan positif rabies, para korban gigitan akan diberikan VAR lengkap atau tiga tahap.
Rinciannya, VAR pertama sebanyak 2 dosis diberikan pada hari ke-nol. Selanjutnya atau 7 hari berikutnya dilakukan VAR ke 2 sebanyak 1 dosis, terakhir atau di hari ke 21 pasca gigitan dilakukan VAR ke-3 dengan takaran 1 dosis.
"Jika positif, VAR diberikan lengkap sesuai prosedur yakni tiga kali. Tapi, jika hasilnya negatif hanya diberikan VAR pertama saja," jelasnya.
Adnyana menegaskan, sejatinya kasus gigitan HPR tidak berbahaya jika penanganannya dilakukan secara baik dan sesuai prosedur.
Yang terpenting, ketika mengalami kasus gigitan HPR masyarakat tidak usah panik.
Langkah pertama harus segera mencuci luka gigitan pada air mengalir minimal 10-15 menit menggunakan sabun, karena pada selaput virus rabies terdapat lemak, sehingga dengan sabun dapat meluluhkan virus. Secara teori, langkah pencegahan itu bisa menghilangkan 80 persen.
"Kemudian, sisanya lagi 20 persen (virus) akan dihambat dengan VAR. Vaksin akan menghambat virus menuju pusat saraf," terangnya. (*)
Berita lainnya di Berita Jembrana