TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - I Wayan Sukanada alias Wayan Denis tidak menyangka dirinya viral di media sosial dari sebuah postingan di Instagram.
Wayan Denis viral dari sebuah video yang memperlihatkan kepiawaiannya dalam mengarahkan gaya untuk wisatawan yang berfoto di air terjun Kanto Lampo, Gianyar, Bali.
Kepada Tribun Bali dirinya mengaku kaget saat mengetahui dirinya menjadi buah perbincangan di media sosial.
“Akhir-akhir ini saya baru saya tau kalau saya viral. Awalnya diberitahu oleh teman-teman yang mengirim video, kemudian saya cek sendiri ternyata memang sedang ramai."
"Saya kaget karena tidak menyangka bisa seviral itu, ya senang juga akhirnya,” kata Wayan Denis.
Mengetahui hal ini, teman-teman dan keluarga Denis turut senang dan memberikan dukungannya yang lebih besar agar Denis semangat dalam bekerja.
Setelah keviralannya, Denis kerap menerima pesan dan telepon dari beberapa orang yang bertanya-tanya tentang dirinya.
Di samping itu, viralnya Denis juga berpengaruh dalam meningkatkan jumlah pengunjung ke Kanto Lampo Waterfall.
“Astungkara, setelah viral tamu semakin ramai, jumlah pengunjung semakin melonjak."
"Sejak kemarin juga sudah ada yang menghubungi untuk tanya-tanya, tapi kalau wawancara langsung ini (Tribun Bali) yang pertama,” tuturnya.
Baca juga: Kesan Bebas Wisatawan Asing Hidup di Bali, Pelaku Pariwisata Dilematis Sikapi Pelanggaran WNA
Denis mengatakan aksinya mengarahkan gaya itu dilakukan memang dari dirinya sendiri demi kepuasan para tamu.
Menurutnya, itu merupakan pelayanan yang terbaik yang perlu dilakukan agar para tamu merasa senang dan nyaman berkunjung ke Kanto Lampo Waterfall.
Tidak hanya Denis, hampir semua guide yang juga menjadi pengarah foto di tempat ini melakukan hal serupa.
Dengan pengarahan yang baik maka akan membuat foto semakin sempurna.
Keahlian Denis dalam mengambil gambar ini diperoleh secara ototidak.
Disamping itu, ini dilakukan karena terkadang Denis kesulitan berkominikasi sehingga ia menyampaikannya dengan bahasa tubuh.
“Terkadang kita terkendala dengan beberapa bahasa, kadang kita belum lancar sementara kita harus jelas menyampaikan gaya.
Jadi kalau misalkan ada yang tidak kita mengerti, kita komunikasikan dengan kode atau bahasa tubuh dengan bahasa isyarat,” jelasnya.
Rata-rata guide di Kanto Lampo Waterfall bisa bahasa Inggris dan bahasa Rusia.
Sementara ini, Denis masih dalam proses belajar bahasa Rusia, sedangkan untuk Bahasa Inggris dirinya sudah cukup fasih.
Awalnya Denis tidak mengetahui adanya air terjun padahal dia merupakan masyarakat Banjar Klod Kangin, Kelurahan Beng, tempat air terjun berada.
Berawal dari iseng-iseng membantu para tamu, kini dirinya betah menjadi guide di air terjun Kanto Lampo.
Selama delapan tahun bekerja, Denis sangat menikmati setiap prosesnya dan merasa semua menarik.
Ia sangat senang dan bersyukur bisa bekerja bersama teman-temannya dan bisa mendapatkan rejeki dari tempat ini.
Tidak ada kesulitan yang berarti, hanya saja dirinya cukup sibuk untuk mengawasi para tamu dikala kunjungan mulai melonjak.
“Pada saat ramai itu agak krodit mengontrol tamu, mengawasi tamu supaya mereka tetap aman karena mereka kan tidak tahu medan.
Belum lagi kita harus bantu mereka foto, jadi agak sibuk pada saat itu saja sih,” ujarnya.
Sebagai seorang freelancer, Denis tidak terpaku pada waktu operasi air terjun.
Ia biasanya mulai bekerja sekitar 08.00 atau 09.00, tergantung dari kesibukannya.
Termasuk juga pulang yang tak menentu tetapi ia pernah pulang paling malam itu sekitar pukul 18.00.
Besar harapan Denis, keberadaan Kanto Lampo Waterfall ini semakin eksis, semakin banyak pengunjung, dan semua aktivitasnya dapat berjalan dengan lancar.
Dengan demikian Kanto Lampo Waterfall dapat memberikan kesejahteraan untuk masyarakat serta bisa hidup aman dan tentram.
Denis juga berharap agar dirinya dapat hidup mandiri dan menjadi pribadi yang sukses di kemudian hari.
Ia bercita-cita untuk bisa tamu berkunjung ke tempat wisata lain dan banyak mendapat kesempatan untuk belajar banyak hal seperti bahasa dan manajemen tamu. (yun)