Sintya Dewi mengaku, anaknya itu berusia 13 tahun dan saat malukat hanya memakai celana pendek. Dirinya semalaman berada di warung di dekat TKP. Dan tidak dapat tidur pulas. Ia masih meyakini bahwa anaknya dalam kondisi hidup. Meskipun, diakuinya saat ini seperti dalam kondisi 50 dibanding 50. “Saya tetap yakin. Meski saya bicara, tapi terus saya berdoa anak saya selamat,” ujarnya. (ang)
Sejarah Penamaan Tukad Balian
SEORANG remaja berusia 13 tahun yakni I Putu Pasek Wira Saputra hanyut, di aliran sungai Tukad Balian, Banjar Dinas Lalanglinggah, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Minggu (16/4) sore.
Kejadian bermula sekitar pukul 16.00 Wita, datang dua kendaraan mobil APV dan Wuling ke lokasi kejadian. Rombongan korban keluarga itu ada delapan orang. Satu mobil ditumpangi empat orang.
Seluruh penumpang itu berpakaian sembahyang adat Hindu, untuk melaksanakan persembahyangan (malukat) di dalam aliran air muara sungai Tukad Balian, dan dari ke-8 orang tersebut 2 orang berada di pinggir aliran sungai dan masih sisa 6 orang dalam muara, yang saat itu aliran sungai masih dangkal.
Tiba-tiba datang ombak besar dari arah laut, dan mendorong ke-6 orang tersebut yang ada dalam aliran muara sungai ke arah utara menuju aliran sungai Tukad Balian pada bagian dalam.
Menurut berbagai sumber, ada sejarah mengapa aliran sungai tersebut disebut Tukad Pantai Balian. Kata balian berarti dukun atau "orang pintar". Nama balian ini disematkan dari tukad pantai tersebut, konon berawal dari kisah seorang brahmana suci Hindu yang datang ke Bali dari Pulau Jawa.
Beliau adalah Danghyang Nirartha atau dengan gelar Pedanda Sakti Wawu Rauh. Beliau adalah pendeta sakti yang disegani. Bahkan dalam sejarah perjalanan Dang Hyang Nirartha, beliau pula yang mendirikan Pura Tanah Lot yang merupakan Pura Dang Kahyangan dan sekarang tersohor menjadi salah satu objek wisata di Pulau Dewata Bali.
Dalam perjalanan sucinya beliau juga sempat mampir ke tempat ini. Beliau menemukan banyak orang sakit. Dengan kekuatannya maka ditancapkanlah tongkatnya sehingga keluar air yang bisa menyembuhkan orang-orang sakit. Karena keampuhan dari air sungai tersebut sehingga dikenal dengan Tukad Balian.
Tukad Balian tersebut dianggap suci, bahkan sampai sekarang masih tetap disakralkan dan sebagai untuk panglukatan (menyucikan diri secara rohani), hilir dari Tukad Balian ini bermuara di pantai, dan tempat muara itulah dikenal sebagai Pantai Balian.
Pantai Tukad Balian terletak di Banjar Pengasahan, Desa Lalalinggah, Kecamatan Selemadeg, Tabanan. Akses menuju ke lokasi tempat ini sangat mudah, karena berada di jalan raya provinsi yang menghubungkan antara Denpasar-Gilimanuk. Kurang lebih 60 Km atau sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Denpasar, atau sekitar 84 Km dari Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana.
Dalam peristiwa kemarin, warga yang berhasil diselamatkan, yakni I Made Sujana, Ade Ravindra Ananda, Ni Nyoman Sumartini, I Putu Sintya Dewi, I Putu Seputra, I Putu J Satya Wiratama Nugraga, dan Ni Made Widya Marta Nugrahayani. (*)