Berita Jembrana

Sapi Mendadak Mati di Jembrana Bali, Simak Alasannya Berikut Ini

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi sapi - Hasil laboratorium patologi BBVet, terhadap sampel organ sapi mati mendadak di wilayah Jembrana diduga karena keracunan. Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, menekankan agar para peternak tetap waspada dan berhati-hati terhadap pola makan ternaknya. Sebab, meskipun tak diketahui pasti karena keracunan apa, yang jelas belasan sapi yang mati mendadak pasa periode April dan Mei lalu ini karena keracunan makanan.

TRIBUN-BALI.COM - Hasil laboratorium patologi BBVet, terhadap sampel organ sapi mati mendadak di wilayah Jembrana diduga karena keracunan.

Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, menekankan agar para peternak tetap waspada dan berhati-hati terhadap pola makan ternaknya.

Sebab, meskipun tak diketahui pasti karena keracunan apa, yang jelas belasan sapi yang mati mendadak pasa periode April dan Mei lalu ini karena keracunan makanan.

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, hasil pengujian laboratorium patologi yang diterima menunjukkan sampel organ dalam sapi yang diteliti mulai dari hati, paru-paru, sel-sel hepatosit, ginjal dan usus.

Final diagnosis, sentrolobular hepatik nekrosis akut -episema edema pulmonum-tubulus nekrosis akut pada ginjal diduga akibat keracunan atau intoksikasi.

Baca juga: Kasus Pencurian Air PDAM Badung Berlanjut, Oknum Pelanggan Akan Dipanggil Untuk Hitung Kerugian

Baca juga: Ketua DPRD dan Wakil Ketua DPRD Bali Berebut Kursi DPR RI! Sugawa Korry: Kami Saling Berdoa

Pencernaan sapi - Hasil laboratorium patologi BBVet, terhadap sampel organ sapi mati mendadak di wilayah Jembrana diduga karena keracunan. Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, menekankan agar para peternak tetap waspada dan berhati-hati terhadap pola makan ternaknya. Sebab, meskipun tak diketahui pasti karena keracunan apa, yang jelas belasan sapi yang mati mendadak pasa periode April dan Mei lalu ini karena keracunan makanan. (Tribunnews/Buku Kemdikbud)

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama, melihat dari hasil laboratorium terhadap sampel organ dalam sapi mendadak tersebut diduga keracunan.

Meskipun tak diketahui karena keracunan apa, yang jelas karena makanan.

"Penyebabnya (sapi mati mendadak) diduga karena keracunan. Tapi, untuj jenis racunnya belum diketahui," ungkapnya.

Dia menjelaskan, dengan keluarnya hasil laboratorium tersebut para peternak diminta waspada dalam pola makan.

Peternak diminta untuk tidak sembarang memberikan pakan, terutama rumput yang dicari di lapangan.

Sebab, para peternak tak mengetahui pasti rumput tersebut habis diberikan pestisida atau tidak.

"Pada umumnya kan karena makanan. Sehingga pemberian atau pola makam harus dijaga. Kemudian makanan yang diberikan juga harus bebas dari pestisida atau semacamnya," tegasnya.

Selain pola makan, kata dia, kebersihan kandang serta biosecurity harus dijaga dengan ketat. Sebab, belakangan ini banyak muncul kasus kematian sapi karena virus yang menyerang.

"Kami imbau agar selalu jaga kebersihan, perhatikan pola makan. Dan jangan terlalu bebas memberikan akses untuk menuju kandang ternak kita," tandasnya.

Sebelumnya, peternak di Kabupaten Jembrana khususnya Banjar Sawe, Desa Batuagung, akhirnya bisa bernafas lega.

Sebab, hasil pemeriksaan laboratorium oleh Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar terhadap darah, serum dan swab tujuh ekor sapi di wilayah tersebut menunjukan hasil negatif penyakit Jembrana Disease (JD) maupun Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Sebelumnya, belasan ekor sapi warga mati mendadak karena diduga menderita bloat atau perut kembung.(*)

Berita Terkini