Berita Bali

Disperindag: Tak Ada Beras Impor Beredar di Bali

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi beras -  Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali, I Wayan Jarta memastikan tidak ada beras impor beredar di pasaran. Ia menyatakan hal ini menyusul arahan Gubernur Bali, Wayan Koster yang menolak masuknya beras impor karena beras lokal surplus.

TRIBUN-BALI.COM -  Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali, I Wayan Jarta memastikan tidak ada beras impor beredar di pasaran. Ia menyatakan hal ini menyusul arahan Gubernur Bali, Wayan Koster yang menolak masuknya beras impor karena beras lokal surplus.

“Saya tidak melihat ada peredaran beras impor di Bali, kecuali stok beras Bulog itu saya tidak tahu, mereka yang tahu tapi untuk beredar di pasaran tidak ada,” kata Wayan Jarta usai menghadiri lelang produk UMKM di Denpasar, Jumat (26/5).

Jarta menegaskan pentingnya arahan Wayan Koster soal penggunaan beras lokal. Kata dia, Bulog juga sudah diarahkan untuk menyerap produk lokal semaksimal mungkin.

“Makanya kami sangat perhatian dengan kebijakan gubernur, jangan sampai ada impor beras. Tidak ada saya tidak menemukan beras impor di Bali,” tutur Kepala Disperindag Bali itu.

Baca juga: Suara Misterius Minta Tolong Kagetkan Warga, Bule Prancis Kejar Penyu Hingga Terjebak di Tebing

Baca juga: Mustika Rela Curi Ponsel di Pura Hadiahi Pacar, Tapi Malah Diberikan ke Selingkuhannya!

Baca juga: Kejari Periksa 12 Orang Dalam 4 Hari, Pemanggilan Estafet Kasus SMKN 1 Klungkung

Dengan adanya penegasan dari gubernur, Jarta mengatakan pihaknya akan mengikuti arahan tersebut. Disperindag Bali akan fokus pada pengawasan peredaran beras impor. Sementara Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mendorong produksi beras lokal agar mencukupi kebutuhan pangan.

Stok beras di Bali masih tersedia 18 ribu ton dan gabah di petani sebanyak 7.000 ton. Karena itu, Bali dianggap tidak memerlukan pasokan beras dari impor. Gubernur Provinsi Bali, I Wayan Koster secara tegas meminta regulasi-regulasi impor dirombak agar lebih mendukung produksi dalam negeri, terutama impor beras, garam dan lain sebagainya.

"Sebagai negara agraris tidak semestinya kita mengimpor beras, garam, bawang putih. Dan regulasi semuanya yang berkaitan dengan impor, regulasi yang ramah impor menurut saya harus dirombak radikal agar pro rakyat dan pro daerah di Indonesia," ungkap Koster beberapa waktu lalu.

"Beras lokal kita di atas HPP (harga pembelian pemerintah) tidak laku jadinya. Tempo hari saya diskusi dengan Bulog Bali mau bawa beras 5.000 sampai 10.000 ton ke Bali, saya tanya beras dari mana. Beras impor, sori pak saya tidak setuju bawa beras impor ke Bali," sambung Koster.

Koster menambahkan bahwa Bali ini surplus beras. "Masa surplus kita mau impor, kalau Bulog mau beli belilah berasnya dari petani kita. Jangan beli beras dari Vietnam," jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada mengatakan, ia tidak memantau beras dari luar Bali karena menurutnya yang terpenting kondisi beras produksi Bali masih aman ketersediaannya.

Kata dia, stok beras 18 ribu ton masih cukup untuk masyarakat tanpa mendatangkan beras dari luar Bali. “Produksi dari petani aman. Kita juga ada beberapa kabupaten kita panen setiap bulan. Kita ada panen untuk stok. Harga beras standar sekarang dari hari ke hari tetap yang premium, medium, tetap itu paling geser-geser Rp 100 itu biasa karena transportasi,” jelasnya. (antara)

Berita Terkini