Belum lagi sekolah ini juga harus bersaing dengan dua SD Negeri lainnya di desa yang sama.
Padahal SD Negeri 3 Babadan telah mencatat prestasi yang gemilang di tingkat Kecamatan hingga Kabupaten.
Tumpukan piala dan piagam penghargaan yang siswa peroleh dari berbagai bidang menghiasi lemari sekolah.
Namun ternyata prestasi tersebut belum mampu mengubah keadaan.
Bahkan tidak ada satu pun siswa baru yang mendaftar ke sekolah ini selama PPDB.
"Memang kita sudah bisa memprediksi, karena kita sudah menghitung karena TK-nya sedikit. Kita sudah berusaha sekuat tenaga," kata Evif Darmawanti, melansir GridPop.ID.
Akibat tidak adanya murid baru, ruang kelas 1 di SD ini saat ini kosong dan akan dimanfaatkan sebagai perpustakaan.
Meskipun dalam kondisi yang memprihatinkan ini, proses pembelajaran untuk siswa kelas 2 hingga kelas 6 tetap berlangsung.
Melansir dari laman Tribun Medan, data dari Dinas Pendidikan menyebutkan bahwa saat ini ada lima SD Negeri di Ponorogo yang tidak mendapatkan murid.
Delapan SD lainnya juga terpaksa harus ditutup karena kekurangan siswa.
Baca juga: Bus Sekolah di Denpasar Layani hingga 1.042 Siswa per Hari, Gunakan Sistem Zonasi
Dari total 558 SD Negeri, hanya ada 11 sekolah yang berhasil memenuhi pagu 28 siswa per kelas.
Kondisi ini menunjukkan tantangan serius yang dihadapi oleh sekolah-sekolah di daerah Ponorogo.
Khususnya dalam menarik minat orang tua untuk memilih SD Negeri sebagai tempat pendidikan anak-anak mereka.
Diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk mencari solusi yang berkelanjutan demi keberlangsungan pendidikan yang berkualitas di wilayah ini.
PPDB 2023 memang diwarnai dengan terungkapnya nasib miris beberapa sekolah.