Khusus di Indonesia, Yohei mengajak pemerintah dan kalangan swasta untuk mendukung pemanfaatan teknologi dalam pengentasan masalah sampah.
"Jadi kami berharap ini (SmaGO) tidak menjadi suatu hal yang sifatnya menjual teknologi saja, tetapi bisa menjadi gerakan, bagaimana mengajak sebanyak-banyaknya pihak untuk ikut menyelesaikan permasalahan sampah," tegasnya.
Forcetec diakui tidak menjadikan SmaGO sebagai senjata untuk mendapatkan keuntungan.
Karena SmaGO bisa dimanfaatkan melalui skema kemitraan, baik oleh pemerintah maupun swasta.
"Walaupun dimungkinkan alat ini bisa dijual, dan harganya sesuai dengan ukuran unit. Tetapi sejauh ini kami mengedepankan skema kerjasama dengan seluruh pihak," ucapnya.
Ditanya soal kerjasama dengan Yayasan Pembangunan Sanur (YPS), Yohei Takemura mengemukakan, Forcetec akan menempatkan 20 unit SmaGO di kawasan Sanur.
Pemasangan 20 unit SmaGO di kawasan Sanur ditarget rampung pada akhir tahun 2023.
Sanur menjadi pilot project pertama di Bali yang mengimplementasikan teknologi Smart action on the GO.
"Target lokasi kita adalah di daerah pantai, dan juga nanti akan disinergikan dengan kendaraan listrik. Karena harapan kami tempat-tempat wisatawan naik kendaraan listrik bisa dipasang SmaGO di lokasi tersebut," paparnya.
"Dengan mobilitas berwisata itu, mereka juga punya kepedulian dengan lingkungan dan lebih bertanggungjawab dalam membuang sampah di tong sampah pintar (SmaGO) ini," imbuhnya.
Yohei pun mengajak masyarakat Indonesia, khususnya di Bali untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Tidak membuang sampah di sembarang tempat, menjadi cara termudah dalam menjaga kelestarian dan kebersihan.
"Hal terpenting buat Indonesia adalah mengubah pola pikir, terutama bagaimana kita bisa melihat sampah itu menjadi sumber daya yang bisa dimanfaatkan kembali dengan cara daur ulang," pungkasnya. (*)