Ia mengaku, bahwa untuk Luwus I ada enam tempek, lima diantaranya ialah tempek Padang aling, babakan, Abianbase, Dajan desa dan Delod desa. Untuk total lahan sawah 100 hektare.
Yang saat ini, tidak bisa tanam padi, kecuali saat musim hujan karena melimpah air. Ketika kemarau saat ini tidak bisa. Dan kondisi paling parah ialah satu setengah tahun. Atau sejak Maret 2022.
“Sejatinya kita memiliki air. Akan tetapi tidak bisa mengalirkan. Sudah satu setengah tahun tidak bisa mengaliri air. Dipaksa tetap tidak bisa dan juga gagal panen. Palawija tidak bisa juga. Ibu-ibu sampai bekerja di luar,” bebernya.
Sementara itu, Ketua Komisi II, I Wayan Lara mengaku, bahwa secara umum di Tabanan atau Bali pasti harus berbicara tentang pertanian.
Tadi, melalui pekaseh pihaknya mengetahui dengan adanya pendangkalan. Maka dari itu pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Buapti Tabanan Komang Gede Sanjaya supaya terealisasi perbaikan terowongan atau dam itu sendiri.
“Jangka pendek itu harus terowongan itu dikuras. Dihitung sekitar Rp 25 juta. Dikoordinasikan ke Pemerintah, apalagi ini akan memasuki musim hujan. Tahun ini (perbaikan) yang pasti ini ini poinnya adalah pada pengerukan itu dulu, dan prosedurnya harus benar,” kata Lara.(*)