Berita Buleleng

Nyamuk Mengandung Wolbachia akan Disebar di Buleleng, Upaya Menekan Kasus DBD

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani
Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

sosialisasi penanganan DBD dengan metode Wolbachia beberapa waktu lalu - Nyamuk Mengandung Wolbachia akan Disebar di Buleleng, Upaya Menekan Kasus DBD

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Dinas Kesehatan Buleleng akan segera menyebarkan telur nyamuk yang mengandung Wolbachia di rumah tangga asuh yang tersebar di 55 desa yang ada di Buleleng, Bali.

Rumah tangga asuh itu diharapkan nanti dapat memelihara telur-telur tersebut hingga menetas.

Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr Sucipto dikonfirmasi Selasa 7 November 2023 mengatakan, masing-masing rumah tangga asuh akan diberikan satu buah kapsul berisikan 400 butir telur nyamuk yang mengandung Wolbachia.

Kapsul tersebut nantinya dapat dimasukan ke dalam gentong berisi air.

Baca juga: Masa Transisi Musim Kemarau ke Hujan, DBD Meningkat di Bali Sentuh Angka Ribuan

Sehingga telur-telur tersebut dapat menetas dalam waktu 7 hingga 14 hari.

Dalam pemeliharaannya, warga yang terpilih sebagai rumah tangga asuh hanya diminta untuk menjaga telur-telur itu agar tidak dimakan oleh binatang, serta dijauhkan dari jangkauan anak kecil.

Sehingga tingkat keberhasilan menetas bisa mencapai 75 hingga 80 persen.

"Yang memilih siapa yang menjadi rumah tangga asuh itu dari pihak World Mosquito Program (WMP). Intinya lokasi yang dipilih merupakan wilayah dengan data kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tinggi," jelas Sucipto.

Sucipto menyebut, telur nyamuk yang mengandung Wolbachia itu sejatinya dijadwalkan akan disebarkan pada Minggu 12 November 2023 mendatang.

Namun pihaknya masih menunggu kepastian serta restu dari Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana.

"Masih menunggu kepastian dan koordinasi dengan Pj Bupati agar bisa terlaksana," jelasnya.

Seperti diketahui Buleleng dipilih menjadi salah satu daerah untuk pengembangan nyamuk yang mengandung Wolbachia.

Hal ini dilakukan lantaran Buleleng menjadi kabupaten penyumbang kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Bali.

Sejak Januari hingga Juni saja, tercatat sudah ada 616 orang yang terkena DBD.

Anggota Komisi IX DPR RI, I Ketut Kariyasa mengatakan, pengendalian DBD dengan metode Wolbachia ini dilakukan bekerjasama dengan World Mosquito Program (WMP).

Anggaran yang digunakan bukan berasal dari APBN maupun APBD.

Melainkan disponsori oleh pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation.

Metode Wolbachia, kata Kariyasa, pernah diterapkan di Kabupaten Bantul, dan berhasil menekan kasus DBD hingga 77 persen.

Untuk itu, di Bali metode ini akan dilakukan khusus untuk daerah Buleleng dan Denpasar.

Pasalnya, metode yang sebelumnya sering dilakukan yakni 3M (Menguras, Mengubur dan Menutup) Plus (menanam tanaman pengusir nyamuk) hingga fogging dinilai kurang efektif dalam menekan kasus DBD.

"Kasus DBD di Bali selalu tinggi, khususnya di Buleleng. Bali ini daerah pariwisata, sangat tergantung dengan keamanan dan kesehatan. Jadi ini harus menjadi perhatian serius, kami akan coba kendalikan DBD dengan metode baru ini (Wolbachia,red)," terangnya.

Wolbachia, kata Kariyasa, adalah bakteri alami yang terdapat di 50 persen serangga seperti lalat buah, lebah dan kupu-kupu.

Wolbachia kemudian dimasukan kedalam nyamuk Aedes Aegypti, sehingga Wolbachia ini dapat menghambat perkembangan virus Dengue di dalam tubuh nyamuk.

Ada sebanyak 10 juta nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung Wolbachia, yang akan diproduksi setiap minggunya di sebuah laboratorium yang ada di Denpasar.

"Nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung Wolbachia nanti akan disebarkan di seluruh kecamatan di Buleleng. Nyamuk ber-Wolbachia akan kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti yang ada di wilayah setempat, sehingga nantinya bisa menghasilkan keturunan yang ber-Wolbachia. Sementara apabila nyamuk ber-Wolbachia menggigit orang yang terkena DBD, tidak akan mentransfer virus DBD ke orang lain," jelas Kariyasa. (rtu)

Kumpulan Artikel Bali

Berita Terkini