Berita Denpasar

Ika Ayu Ungkap Terinfeksi HIV Setelah Berhubungan dengan Suami, Singgung Pernikahan Dini

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ika Ayu Ungkap Terinfeksi HIV Setelah Berhubungan dengan Suami, Singgung Pernikahan Dini

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Menjadi orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) tentunya tak pernah terbayangkan oleh Ika Ayu Rayni (34).

Kisah Ika dengan HIV/AIDS dimulai pada Tahun 2007 dimana dari almarhum suami Ika yang terlebih dulu positif.

“Usia nikah 17 tahun tahu positif HIV/AIDS usia 18 Tahun. Saya tertularnya dari hubungan seks beresiko tahunya dari almarhum suami tahun 2007 dia sakit.

Jadi tanggal 4 Desember ini saya anniversary dengan HIV saya ke-16 tahun. Jadi tanggal 3 Desember 2007 suami opname di rumah sakit tanggal 3 kemungkinan dia di tes, tanggal 4 pagi saya diminta untuk tes juga dan hasilnya sama-sama positif,” kata, Ika, Sabtu 2 Desember 2023.

Baca juga: Tinggalkan Wanita Muda di Pantai Bali Dalam Kondisi Sekarat Hingga Tewas, Hanya Karena Disebut Gay

Suami Ika telah meninggal pada tahun 2016 lalu karena resistan.

Dan di tahun itu belum segencar sekarang untuk membantu mengganti pengobatan HIV/AIDS. Ika pun mengakui pernah putus pengobatan.

Terdapat banyak faktor hingga akhirnya ia sempat putus pengobatan yakni karena bosan, merasa sehat serta faktor masalah pribadi seperti Pernikahan Dini dan suami belum bekerja sehingga banyak masalah di rumah tangga.

“Jadi ketidaksiapan di usia dini dan saya tahu ada HIV di dalam tubuh dan mungkin kalau tidak minum obat saya akan mati dan ternyata mati itu ya tidak bisa diminta. Putus pengobatan kurang lebih 4 bulan lalu lanjut ditahun yang sama,” ucap, perempuan asal Ubud ini.

Baca juga: Prajurit Asal Kaltim Gugur Ditembak KKB, Rencana Pratu Sandy Bawa Orangtua Temui Calon Istri Pupus

Ibu dari satu orang anak ini juga menjelaskan jika orang HIV/AIDS melakukan pengobatan dan sempat putus minum obat kemungkinan bisa terjadi resisten.

Jadi pengobatan pertama itu tidak bisa lagi untuk menekan virus dalam tubuhnya dan masuk lagi ke fase AIDS.

Yang tadinya dia ODHIV seperti biasa bisa beraktivitas masuklah fase AIDS dimana semua penyakit akan keluar. 

“Kalau HIV tidak ada gejala misalkan nih sekarang berhubungan seks resiko besoknya masih biasa aja tidak terlihat kecuali dia merasa dia sadar dengan tindakan melakukan tes baru kelihatan disana,” jelasnya.

Namun jika seseorang tidak melakukan tes HIV/AIDS sampai bertahun-tahun, kembali lagi ke imun tubuh seseorang atau entah jenis virusnya berbeda.

Pada tahun ketiga biasanya gejala HIV/AIDS yang akan terlihat umumnya diare berkepanjangan, batuk cukup lama, sesak nafas, cepat lelah, hingga ada jamur di mulut.

Bisa juga melalui infeksi TBC, sehingga ketika orang didiagnosa TBC, imun tubuh seseorang yang masuk fase AIDS sudah sangat rendah bakteri lain gampang masuk. 

“Anak saya sudah umur 16 Tahun sudah SMA. Awal saya open status (ODHIV) minta izin dulu ke dia karena kan kalau saya open status di jauhi oleh teman-temannya ternyata dia cuek saja toh dia bisa buktikan dia lahir dari ODHIV dan tidak tertular. Banyak temannya anak saya yang follow saya jadi sekalian ngedukasi,” terang perempuan berusia 32 Tahun ini.

“Saya sering kali mengatakan bahwa saya bersyukur menjdi HIV karena lebih bisa menjaga kesehatan saya dimana kalau orang-orang disuru cek kesehatan atau gula darah saja takut kalau saya rutin 6 bulan sekali tes. Lebih aware kesehatan,” tambahnya.

Kini Ika bekerja di LSM, Forum Peduli AIDS (FPA) Bali sebagai pendamping.

Ia pun memberikan saran kepada ODHIV diluaran sana agar tetap fokus ke kegiatan.

Kalau bekerja ya bekerja kalau sosialisasi ya sosialisasi yang jelas harus minum obat dengan disiplin dan pola hidup di jaga.

“Sebetulnya diabet itu lebih susah karena makan ini tak boleh makan itu tak boleh kalau kita ODHIV mau makan seperti apapun boleh yang penting obatnya,” tutupnya. 

Berita Terkini