Wawancara Khusus

Gde Sumarjaya Linggih, Anggota DPR dari Partai Golkar Ungkap Bandara Ngurah Rai Segera Penuh

Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra
Editor: Putu Kartika Viktriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih alias Demer - Gde Sumarjaya Linggih, Anggota DPR dari Partai Golkar Ungkap Bandara Ngurah Rai Segera Penuh

Di samping ada dua airport, ada kereta api dari Bali Utara. Dulu ada juga pemikiran Pak Jero Wacik, di samping dua airport, kereta keliling. Keliling Pulau Bali ini. Akan sangat memudahkan.

Selain bandara, kita juga tahu yaitu Tol dari Denpasar menuju ke Negara. Gimana bapak melihat ini?

Kalau Tol, okelah itu kan Tol swasta. Tapi kalau pemerintah mau bagian Tol, mestinya tidak lagi mengarah ke Selatan karena nanti di Selatan semakin numplek.

Semakin numplek, pertumbuhannya tinggi, kasihan masyarakat lokal. Dia menikmati kemacetan, dia menikmati sampah, dia menikmati banjir. Kan ini problem-problemnya.

Dia juga menikmati kemahalan dari harga-harga makanan, sayur mayur mahal, dagingnya mahal, semuanya mahal karena sewa pasarnya juga mahal.

Maka dari itu saya berharap mulai pemecahannya, yaitu kembali kepada awal daripada studi Tol itu adalah ke Gilimanuk ke Seririt, ke Soka Tabanan.

Ini untuk masyarakat Jembrana juga. saya kasihan saya masih saya bingung juga. Kasihan juga pedagang-pedagang lokalnya itu.

Contoh-contoh kayak di Jawa kan sudah ada contohnya. Semenjak Tol Bandung jadi?

Sekarang yang namanya Puncak kan sepi juga. Puncak hanya Sabtu Minggu aja yang macet. Selebihnya sepi yang dulunya hampir tiap hari itu ramai.

Kemacetan ini salah satu problem yang sekarang kita hadapi. Selain macet, ada sampah. Bagaimana pak?

Tadi saya bilang untuk pertumbuhan yang bagus itu infrastruktur human capital kemudian ada Good Governance.

Bagaimana kita sekarang menikmati yang namanya gemerlapnya pariwisata tapi persoalan sampah enggak selesai. Pajak itu adalah sebenarnya untuk pelayanan. Itu konsep pajak. Memungut pajak itu untuk konsep pelayanan. Apa yang dilayani? itu termasuk sampah.

Saya berharap tidak ada kepentingan pribadi. Sering sekali kita tahu DPRD kita studi banding. Ayolah studi bandingnya studi banding ke persoalan sampah. Kan kita bisa searching sekarang, gampang sekali di mana pengelolaan sampah yang terbaik, iya Singapura yang terbaik, oke Singapura kita.

Saya rasa kalau uang hanya untuk dana mengelola sampah, saya rasa ada kalau sekedar sampah karena ada pungutan sampah juga kepada masyarakat.

Jadi saya lihat keseriusan daripada pemerintah untuk menangani ini, itu kunci utamanya. Bukan berarti itu barang yang sangat sulit dipecahkan karena tidak hanya terjadi di kita, terjadi di belahan dunia di mana pun kota besar.

Paling masalahnya apa, uang dana, dana itu kan ada untuk sampah. Kita bermiliar-miliar, bertriliun-triliun kita punya penghasilan dari hasil gemerlapnya pariwisata. Kenapa ada pajak pariwisata, karena kita harus ada manfaat untuk kita hidup nyaman. Pariwisata ini kan istilah saya itu ayam bertelur emas. Harus dipelihara juga ayam bertelur emas. Apa itu salah satunya? ya sampahnya harus dipelihara. Jadi sehingga nyaman bagi si ayam untuk bertelur. Turis itu kan dua aja. Aman dan nyaman.

Kalau nanti situasi dari Pilpres ini memungkinkan, kemudian ada amanat dari Partai Golkar untuk bertarung, berkontestasi di Bali satu?

Hidup ini mengalir saja. Artinya saya jalani aja, apa adanya. Saya berusaha keras, bekerja keras, nanti apapun hasilnya, saya jalani. Sampai saya mau jadi DPR 2003, itu mungkin saya belum pernah berpikir untuk jadi DPR. Jadi air mengalir saja.

Ketika 2003 diajak teman, diajak untuk masuk ke Golkar, diajak terus untuk jadi DPR, saya baru terpikir itu. Jadi saya tidak pernah memplanning sebelum 2003 memplaning diri untuk menjadi DPR. Jadi saya seperti mengalir aja. Nanti kita lihat aja. Saya meyakini memang ini sering kali petunjuk di Atas yang mengatur hidup saya. Oh kamu tuh begini.

Kemarin juga tiba-tiba covid hampir meninggal. Tahu-tahu ada juga obatnya yang datang, kalau telat saya covid seminggu aja, mungkin meninggal. Saya sembuh itu ada namanya obat Gamaras itu setelah seminggu, setelah saya sembuh, seminggunya itu kosong di seluruh Indonesia. Banyak korban teman saya. Dapat di Bali cuman harganya sudah mahal. Sudah lima kali lipat. (mah)

Berita Terkini