Sponsored Content

Tanggapi Tingginya Kasus DBD, Dewan Bangli: Jangan Tunggu Kasus Baru Bergerak

Penulis: Muhammad Fredey Mercury
Editor: Fenty Lilian Ariani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota DPRD Bangli, Jero Gede Tindih

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Tingginya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bangli, mendapat tanggapan dari Dewan Bangli.

Pihak dewan meminta agar Dinas Kesehatan tidak menunggu kasus, baru melakukan fogging.

Hal tersebut diungkapkan Anggota DPRD Bangli, I Gede Tindih. Pihaknya menilai kasus DBD di Bangli sudah seperti wabah, karena sangking tingginya.

"Keluarga saya saja sudah 7 orang kena. Kemarin saat Nyepi saya ada di rumah sakit. Menemani keluarga saya yang dirawat," ucapnya, Kamis (21/3/2024).

Menyikapi soal tingginya kasus DBD ini, pria yang akrab disapa Jero Tindih itu meminta pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan agar jangan hanya tersentak saat wabah DBD mencuat. Sebaliknya pemerintah perlu melakukan fogging secara kontinyu. 

"Ini kan ada fase/masanya. Di fase atau bulan atau musim apa jentik-jentik itu berkembang, dinas kesehatan pasti punya datanya. Jangan baru ada kasus, baru tersentak untuk fogging. Sebaliknya sebelum ada kasus harus difogging," ujar Politisi Partai Nasdem ini.

Memang diakui Jero Tindih, fogging hanya akan membunuh nyamuk dewasa. Karenanya selain fogging, diperlukan juga komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat, terkait kesadaran kebersihan lingkungan. 

"Apakah dalam bentuk sosialisasi, penyuluhan, atau apapun itu namanya. Yang jelas pemerintah melakukan komunikasi dengan masyarakat, terkait kebersihan lingkungan, kususnya untuk mencegah timbulnya jentik-jentik nyamuk. Sehingga penyebaran penyakit demam berdarah bisa diminimalisir," tandasnya. 

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Bangli, I Nyoman Arsana membenarkan jika kasus DBD di awal tahun 2024, terus mengalami penambahan. Di mana pada bulan Januari tercatat 34 kasus, Februari 53 kasus, dan Maret 32 kasus (data per 19 Maret). Sehingga secara total, DBD di Bangli telah mencapai 119 kasus. 

Berdasarkan data yang dihimpun, angka kasus tiap bulan di tahun 2024 ini tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2023. Di mana pada bulan Januari tercatat 17 kasus, Februari 22 kasus, dan Maret 33 kasus. 

"Dari perbandingan Month on Month (MoM) ini, bisa dilihat peningkatannya benar-benar bermakna. Peningkatan kasus terjadi di seluruh wilayah Bali. Sehingga kami berharap masyarakat mulai waspada," jelasnya. (*)

Berita Terkini