World Water Forum 2024

113 Proyek Air yang Berhasil Diusung Indonesia Selama WWF di Bali, Menteri Tetapkan 3 Poin Penting

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BERBINCANG - Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kiri) berbincang dengan President of the Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa (kanan) dalam diskusi High Level Panel sesi ke-15 World Water Forum ke-10 di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Badung, Selasa (21/5/2024).

MANGUPURA, TRIBUN BALI – Indonesia mengusung 113 proyek pada Forum Air Sedunia World Water Forum ke-10 di Bali, menteri deklarasikan 3 poin penting.

Forum Air Sedunia atau World Water Forum (WWF) ke-10 yang digelar pada 18 hingga 25 Mei 2024 di Nusa Dua, Badung, memperlihatkan sejumlah perbedaan dengan penyelenggaraan-penyelenggaraan sebelumnya.

Setidaknya ada tiga keberhasilan yang ditorehkan Indonesia sebagai tuan rumah WWF ke-10.

Hasil tersebut diungkap Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yang juga Ketua Harian Panitia Nasional Penyelenggara World Water Forum ke-10, Basuki Hadimuljono, di Media Center World Water Forum ke-10 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Badung, Selasa (21/5/2024).

Pertama, baru kali ini pertemuan World Water Forum menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT), yang dibuka oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Senin (20/5/2024). 

Baca juga: Sambut Delegasi WWF Ke-10, Pemkab Bangli Siapkan Tari Panyembrama

Kedua, untuk yang kali pertama World Water Forum menghasilkan Deklarasi Menteri. 

”Selain Deklarasi Menteri, salah satu yang menjadi capaian pada forum ini adalah berhasilnya Indonesia menyusun daftar proyek terkait air yang menjadi andalan dari berbagai negara,” imbuh Menteri Basuki.

Ketiga, berhasilnya Indonesia menyusun daftar proyek terkait air yang menjadi andalan dari berbagai negara.

Sebanyak 113 proyek senilai US$9,4 miliar, antara lain proyek percepatan penyediaan air minum bagi 3 juta rumah tangga dan proyek pengelolaan air limbah domestik bagi 300 ribu rumah tangga. 

Berbagai proyek ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat di berbagai negara. 

Baca juga: Indonesia Sukses Susun 113 Proyek Air,  WWF ke-10 di Bali Hasilkan 3 Perbedaan

Usulan Hari Danau

World Water Forum ke-10 juga menghasilkan Deklarasi Menteri yang menekankan tiga poin utama.

Deklarasi Menteri disahkan di akhir Pertemuan Tingkat Menteri World Water Forum ke-10 yang dihadiri oleh 106 negara dan 27 organisasi Internasional, Selasa 21 Mei 2024. 

Pertama, pendirian center of excellence untuk ketahanan air dan iklim guna mengembangkan kapasitas, knowledge sharing & pemanfaatan fasilitas yang unggul.

“Sebagai negara kepulauan, Indonesia wajib berada di garda terdepan untuk mendorong inovasi dalam pengelolaan air dan sanitasi. Center of excellence ini bukan hanya untuk negara Indonesia, tapi juga untuk negara lainnya di Asia Pasifik,” kata Menteri Basuki.  

Sejak November 2023, katanya, sudah dilakukan pembahasan deklarasi dalam tiga mekanisme di Markas Besar UNESCO Paris. 

Dalam deklarasi tersebut, Indonesia mengusung tiga prioritas. Presiden World Water Council (WWC), Loic Fauchon pun dikatakan Basuki menegaskan bahwa semua proses tersebut adalah diplomatic victory (kemenangan diplomasi) bagi Indonesia. 

Baca juga: 113 PROYEK Air Berhasil Disusun Indonesia Pada WWF ke-10 di Bali, Ada 3 Poin Utama Deklarasi Menteri

Poin kedua dari Deklarasi Menteri adalah mengangkat dan mendorong isu pengelolaan sumber daya air secara terpadu pada pulau-pulau kecil. 

Meskipun dikelilingi perairan yang luas, Indonesia tetap memerlukan sistem kelola yang baik untuk mengatasi tantangan kualitas dan ketersediaan air bersih.

Ketiga, pengusulan Hari Danau Sedunia atau World Lake Day. Danau merupakan sumber pasokan air yang menghidupi manusia sekaligus memiliki fungsi sosial dan ekonomi masyarakat. 

Peringatan Hari Danau Sedunia tidak sekadar simbolis, namun sebagai salah satu kunci utama untuk menjaga kelestarian danau di seluruh dunia.

“Kita harus menjaga danau untuk memperpanjang hidupnya, inilah gunanya peringatan Hari Danau Sedunia,” ujar Basuki.

Solidaritas Atasi Air

Indonesia juga terus mendorong inisiatif berlandaskan solidaritas bersama negara-negara di dunia untuk mengatasi permasalahan air yang menjadi ancaman global saat ini. Solidaritas ini diinspirasi oleh semangat Konferensi Asia Afrika atau disebut Bandung Spirit.

Aksi bersama tersebut terbukti efektif membantu banyak negara di saat sulit serta memberikan ketahanan seperti saat pandemi COVID-19, ataupun saat terjadi bencana yang berdampak luas (mega disaster),  termasuk bencana hidrologi.

“Tahun depan dalam peringatan 70 tahun (Konferensi Asia Afrika), para pemimpin dunia akan kumpul bersama dan membahas agenda penting di antaranya perdamaian, stabilitas regional, ekonomi dan pasar global, krisis pangan, perubahan iklim, manajemen krisis dalam penanganan pandemi dan bencana super besar, serta keadilan sosial melalui air,” kata Basuki dalam sesi panel tingkat tinggi bertajuk Global South Cooperation: Bandung Spirit Water Summit.

Bandung Spirit dikatakannya sangat relevan dengan isu air dan kebencanaan yang masih banyak terjadi khususnya di negara dengan tingkat ekonomi rendah serta menengah.

Kolaborasi bersama itu seperti yang ditegaskan oleh Presiden Indonesia RI Joko Widodo dalam pembukaan sebelumnya bisa dimaknai menjadi tiga prinsip dasar, yaitu menghindari persaingan dan mendorong pemerataan, mengedepankan kerja sama inklusif, termasuk penggunaan teknologi dan pembiayaan inovatif, serta mendorong perdamaian dan kemakmuran bersama.

“Indonesia akan mempromosikan dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan (South - South Cooperation), yaitu tiga proposal di dalam agenda konferensi air PBB,” lanjut Basuki. (zae)

Baca juga: Kesiapan PLN Icon Plus Selama WWF di Bali, Dukung Jaringan TI Aman

PBB Apresiasi Kepemimpinan Indonesia

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam merumuskan deklarasi dan komitmen bersama mengatasi persoalan air dan sanitasi di World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, Badung, 18-25 Mei 2024.

Demikian diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal PBB Armida Salsiah Alisjahbana di Media Center World Water Forum ke-10 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Selasa (21/4/2024).

“Atas nama PBB, saya ingin menyatakan penghargaan atas kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Pemerintah Indonesia dalam menyelenggarakan forum penting ini,” kata Armida.

PBB memberikan dua rekomendasi cara menghindari kelangkaan air, kekeringan, dan bencana terkait air dan sanitasi.

Pertama, adalah melalui kerja sama untuk sumber air bersama. Hal ini memerlukan peningkatan dalam upaya kolaboratif antara negara, wilayah, sektor, dan pemangku kepentingan.

“Selain untuk menyalurkan sumber daya baru dan mendorong inovasi, kolaborasi juga dapat membantu mengurangi ketimpangan pendanaan. Kemitraan pemerintah-swasta dalam efisiensi air, seperti yang didukung Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO), dapat membantu mewujudkannya,” ujar Armida yang juga adalah Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP).

Langkah kolaboratif yang meliputi agenda mitigasi, adaptasi, dan pengurangan risiko bencana dikatakan Armida juga dapat mengurangi kesenjangan pendanaan. Kebutuhan pendanaan adaptasi yang tidak terpenuhi saja, diperkirakan oleh ESCAP mencapai rata-rata US$144.74 miliar per tahun, hanya untuk kawasan Asia dan Pasifik.

“Penilaian ilmiah juga merupakan fokus penting bagi kerja sama. Bulan depan, kami akan menyelenggarakan The 3rd Pole Climate Forum yang dipimpin oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Yaitu forum untuk menggerakkan para ilmuwan terbaik dan pelaku pembangunan yang paling kompeten di dunia tentang pencairan gletser,” ujar Armida.

Cara kedua adalah investasi sistem data untuk peringatan dini. Data yang lebih akurat tentang system peringatan diri dapat mengurangi kerugian yang disebabkan oleh bencana hingga 60 persen.

Menindaklanjuti arahan dari pemerintah di Kawasan Asia Pasifik, kata Armida, sistem PBB telah terintegrasi untuk menyediakan sistem peringatan dini multi-bencana. ESCAP, Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR), Organisasi Meteorologi Dunia, Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU) dan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) bekerja bersama. Sementara UNICEF memetakan cadangan air sebagai masukan untuk perenanaan kesiapsiagaan dan adaptasi. (zae)

 

 

Berita Terkini