TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Hajatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum 2024, yang digelar di Bali, mulai 18 hingga 25 Mei 2024.
Salah satu agendanya ialah di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, di kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
Para delegasi terpukau, melihat keindahan panorama sawah terasering atau sistem pengairan subak di Jatiluwih.
Tak terkecuali, yang terbaru adalah delegasi asal Thailand. Yang berkunjung pada Kamis 23 Mei 2024.
Manajer DTW Jatiluwih, I Ketut Purna menyatakan, untuk rombongan delegasi hari ini ada sekitar 15 orang.
Sekretaris Jenderal Sistem Pengairan Thailand, Dr. Surasri Kittimonthon, yang memimpin rombongan.
Baca juga: BPK RI Temukan Potensi Aset Pemprov Disalahgunakan Pihak Lain, Kaitan PKB? Simak Penjelasannya!
Baca juga: Penataan Tebing di Pantai Pemutih, Desa Pecatu Kuta Selatan, Simak Penjelasan Giri Prasta
Kata Purna, Delegasi WWF dari Thailand tadi, mengagumi sistem pertanian yang ada di Jatiluwih.
Meski pertanian mereka lebih baik, akan tetapi mereka mengungkapkan ketertarikanya dengan subak.
“Mereka mengagumi sistem subak kita. Bahkan mau belajar lagi tentang pertanian di desa kita Jatiluwih ini,” ucapnya.
Sebelum Delegasi WWF Thailand, DTW Jatiluwih juga dikunjungi Delegasi WWF dari Zambia Afrika Timur, yakni Secretary General Convention on Wetlands (RAMSAR), Dr Musonda Mumba.
Pada kunjungan itu, rombongan delegasi dari Thailand dikalungi bunga pertanda ucapan selamat datang.
Purna kemudian, mengarahkan rombongan menuju Subak Jatiluwih dengan menyusuri jalan Subak. Dan dia pun menjelaskan kondisi Subak Jatiluwih.
Mulai dari sejarahnya, yang merupakan warisan turun temurun dari leluhur masyarakat di Desa Jatiluwih, luasan hamparan sawah terasering, pengolahan sawah, sistem subak yang masih lestari sampai hari ini, hingga harga gabah setelah panen.
“Kami jelaskan sistem subak, pembagian air dan pengolahan sawah terasering ini,” ungkapnya.