Tragedi di Jembatan Bangkung

JENAZAH Kakak Beradik Ulah Pati di Jembatan Bangkung Dibawa Pulang, Kadus: Itu Keluarga Kurang Mampu

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aparat Kepolisian Polsek Petang saat melakukan evakuasi jasad pemuda, yang nekat akhiri hidup di bawah jembatan bangkung pada Minggu 26 Mei 2024 malam

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Jenazah kakak dan adik yang meninggal dunia, akibat ulah pati di Jembatan Bangkung, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung, Bali, sudah dibawa pulang ke rumah duka, Minggu 25 Mei 2024 malam ini.

Suasana duka pun sangat terasa, saat proses pemulangan kedua jenazah kakak adik ini dari Puskesmas Pelaga.

Diketahui, kabar menyedihkan dan mengiris hati kembali terjadi di Jembatan Bangkung, Minggu sore.

Kakak adik yatim piatu ini pun, memilih nekat akhiri hidup di jembatan “lantang” tersebut.

Sang kakak berinisial Ketut S berusia 23 tahun, dan adiknya Putu Y diperkirakan baru berusia 4 atau 5 tahun.

Baca juga: DONASI Untuk Korban Ulah Pati Kakak Beradik di Jembatan Bangkung, Keluarga Kesulitan Biaya Pemakaman

Aparat Kepolisian Polsek Petang saat melakukan evakuasi jasad pemuda, yang nekat akhiri hidup di bawah jembatan bangkung pada Minggu 26 Mei 2024 malam (ISTIMEWA)

Diduga, Ketut S bersama adiknya Putu Y mati ulah pati dengan melompat dari atas jembatan.

Kakak beradik yatim piatu ini berasal dari Banjar Dinas Rendetin, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.

Kepada tribun-bali.com, Kepala Dusun (Kadus) Rendetin, Made Artana, mengatakan jenazah kakak beradik ini sudah diambil di Puskesmas Pelaga untuk dibawa pulang ke rumah duka di Rendetin, Buleleng.

“Baru saja jenazah dibawa keluar dari Puskesma Pelaga, dan sekarang mau dibawa pulang ke rumah,” katanya saat dihubungi Minggu malam.

Disebutkan, pihak kepolisian sudah melakukan pemeriksan dan visum.

“Dipastikan keduanya meninggal ulah pati. Pihak keluarga sudah ikhlas,” katanya.

Made Artana menyebutkan, Ketut S dan Putu Y merupakan yatim piatu.

Ayahnya meninggal dunia sekitar lima tahun lalu. Sedang sang ibu meninggal dua tahun lalu.

Mereka tinggal di rumahnya di Banjar Dinas Rendetin. “Mereka memang dari keluarga kurang mampu karena yatim piatu,” ujarnya.

Dirinya selama ini sudah aktif memberi bantuan kepada keluarga Ketut S. Terlebih sejak mereka jadi yatim piatu.
Selama ini, Ketut S menjadi tulang punggung keluarga.

Halaman
12

Berita Terkini