TRIBUN-BALI.COM - Pelayanan Rumah Sakit (RS) Singasana Kabupaten Tabanan dikeluhkan warga setempat.
Pasalnya pelayanan disebut lambat sehingga pasien harus mengantre berjam-jam untuk mengambil obat.
Hal itu diungkapkan seorang pasien bernama Nyoman Alit.
Pria asal Tabanan itu mengaku jika pelayanan RS Singasana Tabanan, sangat lambat khususnya dalam pengambilan obat.
Dirinya menuturkan dari pengalaman yang dirasakan. Ia berobat ke Poliklinik kemudian antre yang merupakan hal biasa.
Namun, setelah dilakukan pemeriksaan dan terakhir pengambilan obat malah harus menunggu lama.
“Saat periksa biasa saja. Tetapi saat sudah selesai periksa dan mengambil obat di farmasi lama sekali menunggu,” ujar Alit saat ditemui pada Kamis (11/7).
Baca juga: Pemkab Suntik Anggaran Rp 1,5M, Mesin di TPA Peh Desa Kaliakah Mulai Uji Coba, Olah Sampah Jadi RDF
Baca juga: KONI Bali Targetkan 45 Medali Emas PON XXI/2024 Aceh-Sumut
Alit mengaku jika dirinya mengantre hingga satu jam lebih. Hal itu sudah tidak masuk akal, mengingat hanya melakukan pengambilan obat saja. Ia menyebutkan sejak pukul 10.29 Wita menunggu obat dan baru dipanggil pada pukul 11.23 Wita.
“Iya kalau pasien baik-baik saja. Kalau sudah tua dan menunggu lama khan kasihan. Tidak mungkin pasien pulang duluan dan keluarga yang menunggu obat. Otomatis pasti pasien ikut menunggu di bagian farmasi itu,” bebernya.
Kendati demikian, ia mengaku sampai sempat menanyakan kepada pegawai mengapa antrean lama. Dilanjutkan, pegawai di Farmasi mengaku masih melakukan input data.
“Ada pegawai di dalam lima atau enam orang. Ada yang mengambil obat, ada yang duduk, ada yang input. Iya pada intinya lama, apa sistemnya tidak terkoneksi dari pendaftaran sampai pelayanan dan obat,” ujarnya.
Alit pun berharap pelayanan RS Singasana bisa segera berbenah. Mengingat waktu yang cukup lama semestinya bisa dimanfaatkan pasien untuk beristirahat.
“Iya kalau saya hitung satu jam. Kalau yang lain, mungkin ada lebih lama dari saya, namun tidak complain,” imbuhnya.
Sementara itu, Dirut RS Singasana Tabanan, dr Wayan Dody Setiawan pun tidak menampik lamanya pasien menunggu dan mengantre saat pengambilan obat. Pihaknya mengaku kewalahan jika saat kunjungan atau pasien meningkat.
“Kita akui, kita agak kewalahan saat kunjungan meningkat. Mengingat pada layanan farmasi harus scan resep kemudian diinput di sistem BPJS,” ujarnya saat dikonfirmasi Tribun Bali.
Selain karena upload di sistem, dalam peracikan obat juga membutuhkan waktu. Selain itu, dalam proses input data, pada farmasi poliklinik sudah memiliki dua unit komputer.
“Sebenarnya membeludaknya pasien ini terjadi dalam satu bulan terakhir. Sehingga kami rasa cukup hanya menggeser dari unit lainnya di rumah sakit. Hanya saja masih kita kaji tenaga yang memungkinkan,” jelasnya. (gus)
Tambah Tenaga di Farmasi Poliklinik
Rumah Sakit (RS) Singasana Tabanan ternyata tidak menampik adanya tumpukan antrian pasien pada farmasi atau saat pengambilan obat. Hal itu karena pihak rumah sakit harus melakukan scan pada resep dan diinput pada sistem BPJS Kesehatan.
Dirut RS Singasana Tabanan, dr Wayan Dody Setiawan, menegaskan pihaknya tidak mau permasalahan ini berlarut-larut.
Menurutnya, bahkan secepatnya akan melakukan penambahan tenaga. Bahkan kata dia, dalam 1-2 hari ini diusahakan sudah ada tambahan tenaga di farmasi.
Disinggung apakah jika penambahan pegawai saja bisa menyelesaikan masalah itu, dr Dody berharap masalah bisa diselesaikan.
“Kami akan tambah tenaga dengan menggeser dari tempat lain untuk tambahan tenaga di sana (farmasi). Sehingga pelayanan bisa cepat kami lakukan di bagian obat,” ucapnya.
Lebih lanjut, pihaknya mengaku saat ini sudah ada 6 orang di farmasi poliklinik RS Singasana Tabanan. Ternyata jumlah kunjungan terus meningkat sehingga semua pegawai kewalahan.
“Sekarang rata-rata kunjungan 150 pasiennya. Mungkin idealnya dengan jumlah kunjungan segitu perhari pegawai harus 7 sampai 8 orang,” jelasnya. (gus)