Hidup ini berbagi, sama-sama hidup. Jangan malah yang kecil harus diinjak dengan tujuan mematikan dan ingin terus menguasai," katanya.
Mantan Ketua Komisi IV DPRD Bali mengatakan, pada PPDB 2024 ini diperkirakan puluhan ribu siswa di tiap tingkatan yang tentunya membutuhkan seragam. Dengan adanya celah usaha, ia meminta agar para pelaku usaha bisa sama-sama menikmati. Tentunya dengan pelayanan yang bagus. "Bersaing secara professional itu yang penting. Jadi bersainglah dengan kualitas. Bukan dengan cara menjelek-jelekan," kata Ketut Kariyasa.
Politisi asal Desa Busungbiu ini meminta pada jajaran Kepala Sekolah, Komite dan semua civitas sekolah untuk tidak panik. Sebab yang terpenting, proses PPDB berjalan sesuai prosedural yang tepat.
"Kasihan di masa PPDB, pasti banyak suara suara yang membuat para Kepala Sekolah, Komite dan civitas sekolah serba salah. belum lagi manuver konveksi yang bikin gaduh. Tetap tenang saja, jalankan PPDB dengan baik sehingga anak anak segera bisa belajar dengan baik dan nyaman," ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh tokoh Buleleng Dewa Sukrawan. Baginya pengadaan pakaian dalam PPDB, merupakan celah bisnis untuk semua yang punya usaha dibidang itu. Termasuk juga mengadaan konveksi di pemerintahan. Karenanya tidak perlu ada upaya-upaya untuk memonopoli bisnis.
"Semua perlu hidup, semua ingin mendapat hasil. Maka dari itu ayo sama-sama, jangan malah menyerang yang baru, kasihan pengusaha-pengusaha baru," ucapnya.
Mantan Ketua DPRD Buleleng ini menilai banyaknya usaha konveksi di Singaraja, justru memberi masyarakat pilihan. Kondisi ini juga bisa dijadikan bahan evaluasi dari sisi pelaku usaha, untuk lebih memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan.
"Ketika nantinya banyak yang tumbuh usaha-usaha baru, akan ada persaingan kualitas, ketepatan waktu dan lainnya. Jangan malah merasa sebagai konveksi besar harus sendiri selama-lamanya. Kasihan anak-anak muda yang punya jiwa enterpreneur," imbuhnya. (mer)