TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Berawal dari keresahan akan sampah plastik yang banyak ditemui, Putu Eka Darmawan akhirnya membuat langkah berani.
Pria asal Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng ini memutuskan berhenti berkarir di kapal pesiar, dan lebih memilih mendirikan usaha daur ulang sampah.
Eka yang saat itu ditemui Minggu 14 Juli 2024 mengatakan, ide mengolah sampah plastik sudah muncul sejak tahun 2014. Kala itu ia masih bekerja di kapal pesiar.
"Awalnya itu karena kesal, karena persoalan sampah plastik ini seolah tidak pernah selesai. Hingga akhirnya timbul motivasi saya membuat usaha," ucapnya.
Baca juga: KISAH Ida Gede Sudikerta Fokus Jalan Spiritual, Lukat Politikus yang Nyaleg
Diakui proses pendirian usaha ini tidak mudah. Ia harus belajar dulu sebelum mengambil keputusan.
Mulai dari pengolahan sampah, kemana olahan sampah harus dibawa, harga sampah berapa, pemilihannya seperti apa, dan sebagainya.
"Pemikiran Itu berlanjut selama kurang lebih setahun. Namun setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya memutuskan tidak melanjutkan karir di kapal pesiar, dan mendirikan usaha daur ulang sampah," katanya.
Usaha ini diberi nama Rumah Plastik. Pada awalnya ia tidak memperkerjakan orang lain, hanya dibantu keluarga saja.
Namun seiring berkembangnya waktu, usahanya perlahan membuahkan hasil. Hingga akhirnya bisa mempekerjakan orang lain sebagai karyawan.
"Sekarang sudah ada beberapa karyawan dengan tugas berbeda-beda. Saya juga sengaja mempekerjakan ibu rumah tangga untuk memilah sampah sebelum di cacah," ucapnya.
Eka menambahkan, usaha daur ulang sampah diharapkan bisa bermanfaat bagi orang banyak.
Selain itu, ini juga mengedukasi masyarakat jika sampah memiliki nilai ekonomis.
"Ke depan saya juga berencana membuat sekolah non formal yang khusus mengasah skill para siswa. Sehingga ketika sudah lulus nanti, skill itu bisa digunakan secara mandiri," imbuh dia.
Rumah Plastik yang berada di Dusun Pondok, Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng memiliki luas sekitar 7 are.
Ada beragam produk jadi yang dihasilkan dari tempat ini. Seperti meja, kursi, dan sejenisnya.
"Produk yang dibuat paling sekitar seminggu. Untuk pewarnaan kita tidak gunakan. Kita murni warna sampah itu sendiri," ucapnya.
Untuk pemasaran, lanjut pria 34 tahun ini, tidak hanya di pasar lokal saja namun tembus hingga pasar luar negeri.
Seperti Spanyol, Jepang, Australia, Dubai, hingga ke Malaysia.
Usaha daur ulang sampah yang dilakoni Eka Darmawan mendapatkan apresiasi dari Ketua BMI Buleleng, dr Ketut Putra Sedana alias dr Caput.
Pria asal Banjar Jawa, Kecamatan Buleleng itu menilai jika upaya yang dilakukan Eka Darmawan patut dihargai.
Karena telah sukses mengelola sampah, khususnya sampah plastik.
"Sampah plastik memang menjadi masalah di hampir semua daerah. Dan (usaha) yang seperti ini harus dikembangkan. Dengan demikian masalah sampah pasti akan selesai. Ini harus kita kawal dan dukung," tandasnya. (mer)
Kumpulan Artikel Bali