“Dari peta memang jalurnya besar. Itu sebabnya maka daerah yang dilalui gempa megathrust harus membuat early warning, tsunami early warning. Itu sebabnya kenapa di Kuta, Nusa Dua, dan Serangan serta berapa yang lain sudah kami buatkan sirine tsunami itu adalah eatly warning sytem kenapa di sana karena sudah tahu di sana jalur megathrust,” ucap Dewa Indra.
Lebih lanjutnya, ia mengatakan jika peringatan dini tidak diikuti respons dengan baik maka akan percuma membuat peringatan dini.
Kapasitas respon pun, telah dibangun pada jalur Pantai Selatan Pulau Bali yang telah dijadikan tempat evakuasi dan melatih hotel-hotel untuk Sertifikasi kesiapsiagaan menghadapi bencana. Simulasi saat bencana gempa bumi terjadi masih terus dilakukan.
Sehingga dengan demikian ketika ada gempa bumi, yang berkekuatan besar berpotensi tsunami early warning system segera memberikan peringatan.
Kemudian masyarakat di pinggir pantai sudah bisa merespon dengan baik. Meresponnya itu adalah itu sudah buat shelter dan juga tempat penampungan sementara.
“Bahwa apakah gempa megathrust semua terjadi? semua itu tidak tahu. Secara ilmiah garisnya ada (di Bali). Mari bersama-sama media ikut bersama sama meyakinkan wisatawan potensi gempa bumi dan tsunami bisa terjadi di mana-mana. Tidak hanya di Bali,” bebernya.
Yang terpenting Bali memiliki system peringatan dini untuk tsunami, dan juga telah membangun kapasitas respon yang baik.
Sehingga dengan demikian tsunami boleh terjadi tetapi Bali, cepat mendapat peringatan dini. Sirine bunyi kemudian masyarakat sudah dilatih kita sudah simulasi berapa kali untuk merespon. Hotel-hotel dalam posisi siap assembly point.
“Tak usah cemas. Jangan juga persoalkan Bali potensi tsunami. Semua daerah berpotensi di mana saja bisa berpotensi karena jalurnya itu. Yang terpenting kalau kita tahu berpotensi bangunlah early warning system bangunlah respons capacity. Itu sebabnya kita selalu teriak Bali tangguh itu ya,” tutupnya.