TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - RSUP Prof Ngoerah akan melakukan operasi pada pasien tumor prostat berusia 50 tahun asal Bali pada, Kamis 5 September 2024.
Uniknya operasi ini akan dilakukan oleh robot atau yang dikenal dengan istilah Telerobotic Surgery.
Operasi yang dilakukan dengan robot ini telah dilakukan dua kali dan akan dilakukan ketiga kalinya di RSUP Prof Ngoerah.
Baca juga: Komang dan Kadek Asal Karangasem Ditangkap, Beraksi di Seminyak Kuta Utara Dalam Hitungan Menit
Jika sebelumnya Telerobotic Surgery kista ginjal pada pasien dilakukan di RSCM dan Prof Ngoerah, kini operasi prostat akan dilakukan di RSUP Prof Ngoerah dan RSPTN Unud.
Nantinya operator penggerak robot akan berada di RSPTN Unud, sementara lengan robot dan pasien berada di RSUP Prof Ngoerah.
dr. Chaidir Arif Mochtar, Sp.U (K), PhD selaku Dokter Spesialis Urologi menerangkan jarak operasi jarak jauh dengan menggunakan robot ini bisa dilakukan hingga 1.200 km.
Baca juga: PENAMPAKAN Tebing Uluwatu Bali, Akan Tabas Tebing 6 Meter dengan Kedalaman 10 Meter
“Ini merupakan terobosan besar dibidang pelayanan kesehatan dengan menggunakan teknologi yang tinggi. Implementasi di pasien kita pertamakali yang menggunakan teknologi ini langsung pasiennya untuk kawasan Asia Tenggara,” jelas, dr. Chaidir saat ditemui di Poliklinik RSUP Prof Ngoerah, Kamis 5 September 2024.
Ia juga menjelaskan jeda saat lengan robot bergerak dengan instruksi operator maksimal 150-200 millisecond dan tidak boleh jeda terlalu lama. Ia juga menerangkan Telerobotic Surgery ini dapat menangani semua jenis operasi pada pasien.
“Jadi kita mempersiapkan tim di tempat pasien untuk melakukan intervensi bila terjadi malfungsi sinyal dan robot. Dan tim tersebut sudah dilatih untuk melakukan intervensi tersebut,” bebernya.
Ini artinya Telerobotic Surgery ini sangat bergantung pada sinyal internet. Ia pun menyarankan agar sinyal yang digunakan saat melakukan operasi merupakan jaringan 5G.
“Sinyalnya harus beres dulu itu tugas telekomunikasi Kemenkominfo. Tentu ada konsekuensinya harus ada kolaborasi kedokteran tim kesehatan dan kominfo. Harus