TRIBUN-BALI.COM - Masalah sampah di Bali tampaknya sudah menjadi hal serius, apalagi jika berkaitan dengan Bali sebagai destinasi wisata dunia.
Belakangan masalah sampah menjadi momok serius, khususnya pada sampah di TPA Suwung yang masih menggunung hingga saat ini.
Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, pun sempat membahas persoalan sampah di Bali.
Sentilannya diutarakan pada saat melakukan Rapat Koordinasi Bali International Airshow (BIAS) 2024 di Nusa Dua, beberapa waktu lalu.
Luhut mengatakan, saat BIAS 2024 berlangsung akan memberdayakan mesin RDF (Refuse-derived fuel). Jadi selama Airshow ini berlangsung tidak ada kegiatan membuang sampah ke TPA Suwung.
“Jadi ini para peserta rapat, yang paling susah selama karir perjalanan 10 tahun itu di sini ngurus sampah. Betul-betul ngurus sampah. Saya tobat-tobat ngurus sampah ini. Karena aduh ampun, tapi kayaknya akan selesai karena kita sudah nemu teknologinya setelah perjalanan panjang 10 tahun,” tandasnya.
“Jadi saya minta Pak Gubernur tolong anda lihat sampah ini, tolong kasih perhatian supaya sampah dari daerah ini bersih,” tegas Luhut waktu itu.
Baca juga: LUHUT Sentil Soal Sampah di Bali, Pj Gubernur Rencana Pakai Incinerator
Baca juga: PLN Siapkan Pembangkit Listrik Berbasis Energi Terbarukan di Nusa Penida Bali
Sampah menjadi salah satu hal, yang sangat berdampak pada lingkungan dan merupakan bagian dari polusi. Di mana masalah emisi dan polusi menjadi konsen semua pihak, termasuk dunia internasional.
Sofwan Hakim, Kepala Sekretariat Koalisi Bali Emisi Nol Bersih, menjelaskan bahwa polusi adalah bagian dari emisi yang harus menjadi konsen semua pihak.
Tidak hanya pemerintah, pengusaha, atau NGO saja. Namun masalah sampah, polusi hingga emisi adalah juga masalah masyarakat. Sehingga dari hulu ke hilir harus peka dan sadar akan hal ini.
"Segala buangan gas kimia, yang menguap ke udara bisa disebut emisi. Sementara polusi adalah gas buangan di udara, yang kemudian membahayakan kesehatan manusia," jelasnya dalam acara New Energy Nexus Indonesia & AJI Denpasar: Pelatihan & Fellowship untuk Jurnalis Muda di Bali pada 7-8 September 2024 di Denpasar.
Sofwan, sapaannya, menjelaskan bahwa penyumbang emisi dan kemudian polusi terbesar saat ini adalah dari kendaraan, khususnya kendaraan dengan bahan bakar minyak (BBM).
"Jika kita berbicara macet, Bali sudah merasakan hal itu saat ini dan telah menjadi masalah serius saat ini. Contoh saya ada kegiatan di Ubud, dan sekarang di sana macet luar biasa," sebutnya.
Untuk itu, mengenalkan apa itu emisi dan polusi serta dampaknya kepada masyarakat, menjadi konsen serius Koalisi Bali Emisi Nol bersih.
Pihaknya juga memberikan solusi-solusi, menyarankan advokasi dan lain sebagainya. Dalam penanganan sampah atau polutan yang mengancam lingkungan. Termasuk mengajak masyarakat dalam penyediaan energi bersih terbarukan.