Narkoba di Bali

BALI Jadi Sarang Narkoba! Ada Lab Rp2 Triliun di Vila, Barang Diproduksi untuk Perayaan Tahun Baru

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LAB NARKOBA - Bareskrim Polri saat konferensi pers pengungkapan kasus klandestin laboratorium narkotika di Jalan Cempaka Gading, Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Selasa (19/11). 

Berbagai pengungkapan narkoba yang telah dilakukan saat ini merupakan bagian dari perlindungan Polri kepada masyarakat Indonesia dari bahaya narkoba, khususnya generasi muda dalam mewujudkan visi indonesia emas 2045.

Kelian Banjar Dinas Ungasan, Nyoman Widana bahkan tidak mengetahui siapa pemilik apalagi penyewa vila tersebut. Ia mengatakan dari luar, terkesan tak ada aktivitas mencurigakan. "Kami tidak tahu pemilik dan penyewanya siapa," kata dia.

"Kami juga jarang mengecek masuk ke dalam-dalam vila tapi yang umum-umum saja. Saya juga jarang lewat karena ada sekuriti. Biasanya tamu vila langsung masuk setelah menyewa. Kami tidak dapat informasi siapa penyewanya," sambung Widana. (zae)


Pasar Luar Negeri Libatkan WNA

Kabareskrim Polri, Komjen Pol Wahyu Widada mengatakan, masih ada banyak mesin yang belum dipakai di vila tersebut. Mesin tersebut berpotensi digunakan untuk memproduksi narkoba lebih banyak lagi. "Metode penjualan kami sinyalir menjualnya ke kafe-kafe karena kemarin kami juga sempat melakukan penindakan terhadap salah satu kafe yang di situ ditemukan barang-barang yang ada di sini. Kami temukan hasis dan happy five ditemukan di sana (kafe)," jelas Komjen Wahyu.

Ia mengatakan, pemasaran bukan hanya dilakukan di dalam negeri tetapi juga keluar negeri dan melibatkan WNA. Untuk pemasaran keluar negeri dilakukan melalui jasa ekspedisi seperti pengungkapan di Yogyakarta. "Inilah cara-cara mereka melakukan pemasaran. Untuk pengendali yang masih dalam DPO, kami dalami dan masih didalami siapa diatasnya dia. Prinsipnya siapa pun yang terlibat di sini akan kami tindak dengan tegas," ungkapnya.

"Tetapi kami juga akan terus melakukan pendalaman-pendalaman jaringannya itu siapa sehingga bisa kita bongkar jaringannya. Bukan hanya menangkap orangnya tetapi kami bisa membongkar jaringannya jadi kalau kita bisa angkat sejaringannya sehingga jaringannya tidak ada lagi di Indonesia. Tentu itu yang akan terus kami lakukan dan itu sudah menjadi komitmen kami," ujarnya.

Komjen Wahyu menuturkan Bali adalah tempat wisata yang menjadi primadona turis. Maka  ia berkomitmen memperketat pengawasan termasuk kerja sama dengan Bea Cukai untuk bisa mengurangi potensi masuknya barang-barang ini. Ada dua pintu masuk yakni lewat laut dan udara. "Selain itu dalam upaya pencegahan dimana ada supply dan demand, supply-nya kami potong rantainya melalui jalur-jalur masuknya." katanya.

"Tetapi demand-nya kami terus lakukan sosialisasi dan edukasi kepada anak-anak. Selanjutnya kita tidak bisa kerja sendiri tetapi harus berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga, masyarakat dan media untuk bisa saling bersinergi. Ini butuh effort bersama," paparnya.

"Sebelumnya kami pernah mengungkap beberapa lab di Canggu dan sekarang di Ungasan, lalu sebelumnya di Malang juga berarti lab-lab itu masih ada di beberapa tempat meskipun yang diproduksi itu bukan hasis tapi tembakau gorila. KEmudian yang di Canggu itu ada produksi ganja tapi pohonnya dan dipasarkan di Bali," paparnya.

"Apakah masih ada? Ini yang kita terus melakukan pengejaran jadi kalau masyarakat ada mengetahui informasi-informasi mengenai itu segera laporkan akan kami tindak. Seperti yang di Canggu jumlah pemakaian listrik saja sudah tidak normal, vila kecil tapi pemakaian listriknya 72 ribu watt itu kan tidak normal," kata dia.

"Kalau ada orang sewa tempat tetapi tidak mau bergaul dengan masyarakat juga patut dicurigai ini pentingnya peran serta masyarakat untuk bisa memberikan informasi. Tentu kita akan terus melakukan penindakan dan menindaklanjuti apapun yang menjadi laporan masyarakat," bebernya. (zae)



Berita Terkini