"Konsep ini ramah budaya dan ramah lingkungan. Penduduk setempat tetap tinggal di sana dan diberdayakan," jelas Anak Agung Ngurah Ugrasena.
Pembangunan bandara yang berada di tengah laut memastikan bahwa pura atau tempat suci tidak akan terganggu.
Selain itu, proyek ini memberikan solusi jangka panjang untuk masalah abrasi pantai dengan memulihkan lahan yang hilang akibat erosi.
Infrastruktur Penunjang dan Aksesibilitas
Untuk mendukung operasional bandara, pemerintah telah menyiapkan infrastruktur yang terintegrasi, seperti jalan tol dan kereta api.
"Dari bandara ke Bandara Ngurah Rai sejauh 60 kilometer, akan tersedia jalan tol dan kereta api. Kalau naik mobil, waktu tempuh hanya setengah jam," kata Iwan.
Proyek ini telah melalui berbagai diskusi dengan tokoh adat, masyarakat lokal, dan akademisi.
Hasilnya, konsep Bandara Bali Utara mendapatkan dukungan luas karena mengedepankan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
"Kami sering diskusi dengan PT BIBU, melibatkan 13 kepala desa dan tokoh adat. Semua mendukung karena konsepnya matang dan berpihak pada masyarakat," ungkap Anak Agung Ngurah Ugrasena.
Proyek Bandara Internasional Bali Utara adalah solusi inovatif yang tidak hanya fokus pada pengembangan infrastruktur, tetapi juga menjaga nilai-nilai budaya dan lingkungan Bali.
Dengan tidak adanya pembelian tanah warga dan pendekatan ramah budaya, proyek ini diharapkan membawa dampak positif bagi masyarakat dan menjadikan Bali Utara sebagai pusat pertumbuhan baru di Indonesia.
(*)