Profil

Profil Wayan Limbak, Pencipta Tari Kecak bersama Temannya Pelukis dari Jerman

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pertunjukan tari kecak di Uluwatu, Bali

Profil Wayan Limbak, Pencipta Tari Kecak bersama Temannya Pelukis dari Jerman

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tari kecak merupakan sebuah tarian yang berasal dari Bali.

Tari ini diciptakan oleh Wayan Limbak, seorang penari sekaligus seniman dari Bali, bersama sahabatnya, Walter Spies, seorang pelukis dari Jerman.

Pada 1930-an, mereka menciptakan Tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana.

Baca juga: Paslon ABDI Akan Buat Program Les Tari, Megambel hingga Sastra Gratis di Denpasar

Ritual Sanghyang adalah tradisi tarian yang penarinya berada pada kondisi tidak sadar atau kesurupan, karena sedang melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur.

Ritual Sanghyang biasanya dilakukan dalam upacara umat Hindu seperti menolak bala atau mengusir suatu wabah penyakit.

Oleh karena itu, tarian ini memiliki nilai sakral, sekaligus nilai sejarah dari kisah Ramayana yang diceritakan dalam Tari Kecak.

Baca juga: Drama Tari "Penyalonarangan" Sedot Perhatian Ribuan Warga Buleleng di BDF 2024

Wayan Limbak kemudian memopulerkan drama-tari ciptaannya saat berkeliling bersama rombongan penari Bali dari sanggarnya.

Lantas siapakah Wayan Limbak itu? Berikut profilnya.

Dilansir dari Basabaliwiki, Wayan Limbak lahir di Bedulu, Gianyar, Bali pada tahun 1897.

Dia meninggal tahun 2003 dalam usia 106 tahun.

Baca juga: Pembukaan Lovina Festival Tampilkan Tari Pendet Massal, Libatkan 1.000 Penari di Buleleng Bali

Limbak adalah seorang penari sanghyang, suatu tarian sakral.

Pada tahun 1930-an, Walter Spies terpesona dengan tarian sanghyang yang ditampilkan dalam suatu upacara suci di Goa Gajah, Bedulu, Gianyar.

Walter Spies kemudian berkenalan dan bersahabat dengan Wayan Limbak yang terlibat dalam tarian sanghyang tersebut.

Atas usulan Walter Spies, tarian sanghyang itu dimodifikasi menjadi tarian kecak yang dikenal hingga saat ini.

Wayan Limbak menyanggupi.

Tarian kecak kemudian diberikan narasi yang berasal dari epos Ramayana.

Wayan Limbak berjasa mempopulerkan tarian kecak hingga dikenal di tingkat internasional.

Makna Tari Kecak

Tari Kecak dipentaskan oleh para penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana, seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.

Pementasan mereka dikelilingi oleh para penari pria yang duduk melingkar dengan kedua tangan diangkat seraya menyuarakan "Cak, Cak, Cak".

Jumlah penari Tari Kecak sangat banyak, bisa terdiri dari 50 hingga 150 penari.

Penari yang duduk melingkar tersebut menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.

Selain para penari yang menyuarakan "Cak, Cak, Cak", pemerannya ada yang menggunakan kerincingan di kaki, yang menghasilkan suara khas dan menjadi daya tarik tersendiri.

Selama pementasan, ada juga pertunjukan penari yang terkena api, tetapi tidak merasakan rasa sakit dan tidak terbakar.

Sebaliknya, mereka tampak kebal terhadap api.

Sebagaimana disebutkan, Tari Kecak berasal dari ritual Sanghyang.

Dalam pertunjukan, terdapat penari yang berada pada kondisi tidak sadar, atau kesurupan.

Mereka merupakan sarana berkomunikasi dengan leluhur atau dewa.

Saat dirasuki, mereka biasanya melakukan gerakan tidak terduga yang terkadang cukup berbahaya, dan mengeluarkan suara tertentu.

Salah satu makna Tari Kecak dari Bali adalah belajar mengandalkan kekuatan Tuhan. Tarian ini dipercaya sebagai ritual untuk mendatangkan dewi yang sanggup mengusir segala bahaya, baik bencana maupun penyakit yang dapat menimpa masyarakat.

Selain itu, dalam pertunjukan Tari Kecak, terdapat adegan Rama meminta pertolongan pada Dewata.

Adegan tersebut membuktikan bahwa Rama memercayai adanya kekuatan Tuhan untuk menolong dirinya.

 

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Tari Kecak"

 

Artikel lainnya di Tari Kecak

 

 

Berita Terkini