"Mbok sampaikan alasan mengapa mbok Niluh harus menyampaikan kata-kata tersebut dan memang ada penggunaan dua kata yaitu lebian munyi, penggunaan kata lebian munyi itu yang kemudian dipermasalahkan," kata dia.
"Kami berbicara di atas tanah kelahiran kami sendiri menggunakan bahasa sehari hari kami pakai, kami tidak menggunakan bahasa yang menyerang personal seseorang, itu di Denpasar biasa, Klungkung biasa, Karangasem biasa, mungkin di Buleleng lebih halus," bebernya. (*)