Hari Raya Nyepi

Ogoh-ogoh Juara di Hati Netizen Karya ST Tunas Muda Denpasar Ini Manfaatkan Limbah Kaca hingga Akar

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ogoh-ogoh Angkara karya ST Tunas Muda, Sidakarya Denpasar manfaatkan limbah kaca hingga kaleng bekas. Ogoh-ogoh Juara di Hati Netizen Karya ST Tunas Muda Denpasar Ini Manfaatkan Limbah Kaca hingga Akar

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ogoh-ogoh Sekaa Teruna (ST) Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, Sidakarya, Denpasar, selalu tampil beda dan gagah.

Setiap tahunnya, ogoh-ogoh dari ST ini selalu mendapat juara atau setidaknya masuk nominasi 16 besar.

Namun pada tahun 2025 ini, ogoh-ogoh yang dipuji dan dijagokan pengguna media sosial atau netizen ini absen dari nominasi 16 besar.

Meski begitu, ST Tunas Muda tak berkecil hati, dan tetap bangga dengan karya mereka yang selalu tampil beda, yakni dengan memanfaatkan barang bekas atau limbah.

Baca juga: TAK Ada Pelarangan Pengarakan Ogoh-ogoh, Desa Adat Sepakati Gunakan Satu Lajur Jalan Raya

Tahun ini mereka menghadirkan ogoh-ogoh dengan tema Angkara yang merepresentasikan sifat angkara murka di era Kali Yuga.  

Ketua ST Tunas Muda, I Wayan Pageh Wedhanta, menjelaskan bahwa ogoh-ogoh ini diwujudkan dalam bentuk raksasa berkepala tiga, di mana setiap kepala berisi simbol indera yakni mata, hati, dan telinga. 

"Ini menggambarkan bagaimana manusia di zaman sekarang sering menyalahgunakan indera mereka. Mata melihat yang buruk, hati dipenuhi kebencian, dan telinga mendengar hal-hal negatif," ujarnya saat dihubungi Rabu, 19 Maret 2025.

Lebih lanjut, ia mengutip kitab Srimad Bhagawatam yang menyebutkan bahwa di zaman Kali Yuga, manusia cenderung berumur pendek, gelisah, sering bertengkar, dan munafik. 

"Melalui sikap itu, manusia justru menjadi pemeran utama dalam memperkuat era Kali Yuga. Ini yang kami visualisasikan dalam ogoh-ogoh kami," tambahnya.  

Sebagai aksen tambahan, ogoh-ogoh dihiasi dengan lampu dan kaca yang melambangkan kemewahan dan glamor yang sering kali membutakan manusia dalam menjalani kehidupan.  

Seperti tahun-tahun sebelumnya, ST Tunas Muda memilih bahan bekas, bahan dari alam, atau limbah untuk membuat ogoh-ogoh. 

Kali ini mereka memanfaatkan limbah kaca, kaleng, kayu, akar-akaran, batu apung, tutup botol, kawat serabut, serta tembaga. 

"Kami ingin tampil beda dan tetap berkreasi tanpa keluar dari esensi ogoh-ogoh itu sendiri," kata Pageh Wedhanta.  

Proses pengerjaan dimulai sejak November 2024 dengan tahap perancangan, kemudian pengerjaan penuh pada Desember, dan selesai pada pertengahan Maret 2025. 

Sekitar 50 hingga 70 anggota STT turut terlibat dalam pembuatan ogoh-ogoh ini.  

Namun, penggunaan bahan tidak lazim seperti kaca memberikan tantangan tersendiri. 

Sebelum diaplikasikan pada ogoh-ogoh, dilakukan riset terlebih dahulu untuk memastikan ketahanan dan keserasian warna. 

"Kami harus mencoba dulu di media lain, lalu melihat apakah cocok dengan konsep yang kami buat. Proses ini cukup memakan waktu," jelasnya.  

Dengan tinggi mencapai 4,80 meter dan lebar 2,30 meter, ogoh-ogoh Angkara ini menghabiskan biaya sekitar Rp 35 juta. 

Meskipun sebagian besar material berasal dari limbah, beberapa bahan seperti kaca khusus harus disiapkan secara khusus. 

Untuk bahan kayu bekas, diambil dari Pantai Mertasari, akar dari hutan di Klungkung, sementara tutup botol dan kaleng dikumpulkan dari warung-warung sekitar banjar.  

ST Tunas Muda dikenal kerap juara dan minimal nominasi dalam lomba ogoh-ogoh. 

Meskipun tahun ini tak masuk, namun bagi mereka, solidaritas dan kekompakan lebih utama daripada sekadar mengejar juara. 

"Menang atau kalah itu hal wajar, yang penting setiap tahun kami tetap berkreasi dan mempertahankan karakter kami sendiri. Kami juga sudah legowo dan menerima keputusan juri," tutup Pageh Wedhanta. (*)

Kumpulan Artikel Denpasar

Berita Terkini