7 Orang Meninggal Akibat DBD, Dinkes Bali Sarankan Vaksin Berbayar
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bali semakin memprihatinkan.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali memaparkan sejak Januari hingga 19 Maret 2025 kasus DBD di Bali menyentuh angka 4 ribu kasus.
Baca juga: 7 KORBAN Jiwa di Denpasar, Demam Berdarah Tembus 1.043 Kasus, Dinkes Sebut Fluktuatif
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, dr. I Nyoman Gede Anom mengatakan kasus DBD mencapai angka 4.226 orang dari Januari sampai 19 Maret 2025.
Paling banyak di Kabupaten Buleleng totalnya 900 kasus, Kabupaten Badung 800 kasus, Kabupaten Gianyar 600 kasus dan Kota Denpasar 600 kasus.
“Yang pertama kita tetap menerapkan 3M plus Dan tetap disosialisasikan kepada masyarakat selain itu bagi yang mampu silakan melakukan vaksinasi DBD itu bagi yang mampu karena masih berbayar kita harapkan ke depan program vaksinasi DBD menjadi program nasional sehingga tidak perlu berbayar tapi untuk saat ini hal yang paling preventif dilakukan tetap 3M plus. Plusnya itu adalah memakai lotion nyamuk atau menggunakan kelambu saat tidur,” ucapnya pada Kamis (20/3).
Baca juga: Denpasar Darurat Kasus Demam Berdarah, Tembus Hingga 683 Kasus, 5 Orang Terkonfirmasi Meninggal
Vaksinasi DBD diberikan dua kali dengan harga Rp 700 ribu. Sekali pemberian vaksin dikenakan biaya sekitar Rp 300 ribu atau Rp 400 ribu.
Vaksin DBD digunakan untuk anak usia 6 tahun hingga orang dewasa usia 45 tahun. Vaksin DBD bisa didapatkan di rumah sakit dan juga di tempat praktek dokter.
“Kesiapan faskes kita sudah tidak seperti dulu kalau dulu sempat membludak walaupun kasusnya tinggi tidak boleh lagi Pasien DBD ditumpuk di satu faskes."
"Ketika ada pasien DBD yang lebih harus dirujuk ke tempat lain sekarang sudah ada 83 rumah sakit yang bisa menampung pasien DBD. Jadi pasien DBD itu jangan ditumpuk di satu rumah sakit,” tambahnya.
Sementara untuk korban meninggal akibat DBD di awal tahun 2025 berjumlah 7 orang usianya ada yang anak-anak dan juga dewasa.
Meninggalnya pasien DBD rata-rata disebabkan karena keterlambatan penanganan, pasien datang ke rumah sakit pada saat sudah shock.
Ke depannya, Anom berharap pada saat musim hujan jika ada demam dan sudah mengonsumsi obat paracetamol namun tetap demam dalam waktu tiga hari agar datang ke faskes kesehatan untuk cek laboratorium memastikan apakah ada DB atau tidak.
“Kalau DBD wajib dirawat kalau sudah dirawat dijamin sembuh. Tahun 2024 DBD meningkat dua kali lipat dibandingkan Tahun 2023,” tutupnya.
Giri Prasta Dukung Penuh
Sementara itu Wakil Gubernur Bali, Nyoman Giri Prasta pada peluncuran program ‘Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat dan Bebas DBD’ yang digelar Enesis Group mengatakan, menyambut positif upaya mengurangi kasus DBD di Bali.
“Kami menyambut baik program ini. Kami Provinsi Bali, Badung, Denpasar dan Gianyar bertalian gerakan kader-kader Jumantik kita. Selanjutnya bagaimana mengedepankan 3M ini harus dipelajari dengan baik untuk antisipasi DBD ini,” katanya.
Lebih lanjutnya, Giri Prasta mengatakan program 1 KK 1 Jumantik sudah berjalan di Bali. Ia juga mengatakan kasus DBD dibandingkan
Tahun 2024 dengan Tahun 2023 lebih banyak namun jumlah korban meninggal lebih kecil di Tahun 2024.
“Selain satu KK satu jumantik upaya lain untuk cegah DBD yakni bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, antisipasi genangan sampah di got."
"Saya kira banyak hal kita sampaikan ini bagian edukasi,” imbuhnya. (*)
Berita lainnya di Demam Berdarah di Bali