Perundungan PPDS di RSUP Prof Ngoerah Paling Banyak di Program Pendidikan Bedah dan Penyakit Dalam
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kemenkes catatkan terdapat sebanyak 42 kasus bullying atau perundungan di RSUP Prof Ngoerah pada Tahun 2023.
Kasus perundungan ini kebanyakan dialami peserta program pendidikan dokter spesialis atau PPDS.
Ken Wirianti, SE,MRM selaku Direktur SDM, Pendidikan dan penelitian RSUP Prof Ngoerah menyatakan Informasi pengaduan dari PPDS dilakukan pada tahun 2023, dari kasus yang ringan hingga berat.
Baca juga: Perundungan di RSUP Prof Ngoerah Bali Tempati Posisi Ketiga, Terbanyak Dialami PPDS
Pelaku pembulian ada yang berasal dari pendidik klinis.
“Secara umum perundungan terjadi karena ada komunikasi yang tidak baik antara peserta didik dan pendidiknya, antara peserta didik yang junior dengan peserta didik yang senior serta pengawasan yang kurang,” jelasnya pada, Kamis 8 Mei 2025.
Upaya-upaya yang dilakukan atas perundungan yang terjadi adalah dengan memberikan sanksi tegas kepada pelaku.
Sedangkan untuk korban perundungan, RSUP Prof Ngoerah memberikan perlindungan dan terapi psikologi.
Baca juga: RSUP Prof Ngoerah Buat Sistem Pelayanan Terpadu untuk Stroke, Gandeng Seluruh RS di Bali
Untuk mencegah terjadinya perundungan terjadi, beberapa program sudah dilaksanakan oleh RSUP Prof Ngoerah, di antaranya memberikan sosialisasi kepada pendidik dan peserta didik tentang penegahan terjadinya perundungan, penandatanganan pakta integritas sebagai bentuk komitmen tidak akan melakukan perundungan, Pengaturan jam kerja peserta didik, Membuka kanal dan jaringan komunikasi untuk pengaduan, melakukan survei burn out dan menindaklanjutinya, Melakukan skrening depresi terhadap peserta didik, Membuka ruang konsultasi dan Menguatkan pengawasan kegiatan Pendidikan di RS, salah satunya lewat Program Sapa Residen.
“Sanksi yang diberikan kepada pendidik klinis yang melakukan perundungan adalah berupa sanksi berat, di mana yang bersangkutan tidak lagi diberikan kewenangan untuk melakukan pendidikan di RSUP Prof Ngoerah,” sambungnya.
Baca juga: Prof Nurianto RS Luncurkan Buku Jejak-jejak Sang Pendobrak, Ungkap Perjalanan Hidup & Success Story
Untuk kasus perundungan di RSUP Prof Ngoerah kebanyakan berbentuk verbal seperti membentak terlalu keras.
Perundungan di PPDS terjadi paling banyak di program pendidikan bagian bedah dan penyakit dalam sebab di sana tingkat stres cenderung tinggi.
“Iya, pasti di proses pendidikan. Kalau di fakultas kecil kayak lab, kulit. Itu kasusnya kan tidak seperti di bedah, kalau di bedah itu kan kasusnya biasanya emergency, kalau kulit kan tidak ada emergency. Itu stres ya. Itu adalah satu pemicu ya,” tutupnya. (*)