Berita Bali

RSUP Prof Ngoerah Buat Sistem Pelayanan Terpadu untuk Stroke, Gandeng Seluruh RS di Bali 

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

STROKE - Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah menggagas sistem pelayanan terpadu penanganan stroke bertajuk Bali Stroke Care.

RSUP Prof Ngoerah Buat Sistem Pelayanan Terpadu Untuk Stroke, Gandeng Seluruh RS di Bali 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR –  Integrasikan penanganan stroke di Bali yang selama ini masih berjalan sendiri-sendiri, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah menggagas sistem pelayanan terpadu penanganan stroke bertajuk Bali Stroke Care. 

Nantinya sistem ini akan melibatkan seluruh rumah sakit daerah hingga rumah sakit vertikal di Bali.

Sistem ini tengah dipersiapkan dan ditargetkan mulai berjalan efektif pada peringatan World Stroke Day Oktober 2025 mendatang.

Baca juga: NEKAT Akhiri Hidup, Ni Luh Lastri Tak Kuat Menahan Gejala Stroke, Jasad Ditemukan di Pohon Cengkeh 

Hal tersebut diungkapkan oleh, Direktur Utama RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah, dr. I Wayan Sudana, M.Kes pada acara Bali Stroke Care, Kamis 8 Mei 2025. 

“Jadi, hari ini kita membangun komitmen untuk mempersiapkan sebuah sistem penanganan stroke yang ada di Bali. Bali Stroke Care gitu ya. Nah, dalam membangun sistem ini kita membutuhkan komitmen bersama di semua stakeholder yang terkait,” ungkapnya. 

Menurut dr. Sudana, stroke merupakan penyakit dengan peningkatan kasus yang signifikan dari tahun ke tahun.

Baca juga: Harapan Pulih dari Stroke Lebih Optimal dengan Neurorestorasi di Mayapada Hospital Surabaya

Bahkan, disebutkan bahwa di dunia setiap tiga detik terjadi satu kasus stroke baru.

Ia menekankan pentingnya kecepatan dan ketepatan penanganan, mengingat ada golden period atau waktu emas selama 4,5 jam sejak gejala muncul.

“Kalau itu terjadi gejala itu atau apa serangan stroke itu kita bisa tangani itu hasilnya akan baik. Ketika itu lewat, ini yang menjadi masalah."

Baca juga: Waspada Stroke! Kenali Gejala dengan Cepat, Tangani Stroke dengan Tepat

"Angka kematian sangat tinggi. Kalaupun selamat, sembuh dengan kecacatan,” jelasnya.

Sebagai rumah sakit pengampu regional untuk Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), RSUP Prof. Ngoerah didukung penuh oleh Pemerintah Provinsi Bali.

Audiensi dengan Gubernur Bali telah dilakukan untuk membentuk komitmen bersama yang melibatkan pula Dinas Kesehatan dan seluruh fasilitas layanan kesehatan di Bali.

“Jadi ini dibuat komitmen dulu untuk membuat sistem. Selanjutnya membuat schedule, time schedule-nya harus jelas. Sehingga kita bisa start bersama, dan setiap program itu ada evaluasi,” kata dr. Sudana.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr. dr. I Nyoman Gede Anom, M.Kes menyampaikan bahwa stroke saat ini menjadi penyakit dengan kasus tertinggi kedua setelah jantung, dan menjadi prioritas pengendalian pemerintah daerah.

“Kalau stroke, itu salah satu yang nomor 2 setelah jantung. Itu termasuk prioritas kita, untuk kita kendalikan,” ucapnya.

dr. Anom menegaskan dukungan penuh Dinas Kesehatan Provinsi bersama dinas kabupaten/kota dan seluruh rumah sakit, termasuk rumah sakit vertikal seperti Rumah Sakit Universitas Udayana, Rumah Sakit Bhayangkara, dan Rumah Sakit Angkatan Darat.

“Tujuan utama adalah mengurangi angka kematian stroke, mengurangi angka kecacatan stroke. Masyarakat akan mendapat pelayanan deteksi dini stroke, dan kalau ada kasus stroke cepat dilayani, tidak menimbulkan kematian maupun kecacatan,” tegasnya.

Ia mengakui bahwa tantangan utama dalam penanganan stroke selama ini adalah keterbatasan akses.

Namun kini, Bali telah mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat, baik dari sisi alat maupun pelatihan dokter spesialis.

“Saat ini, untuk di Bali, kita sudah siap melayani. Apalagi, sudah ada jaringan, nanti kita ada di depan, hubungan rumah sakit satu dengan yang melayani akan cepat,” jelas dr. Anom.

Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang RSUP Prof. Ngoerah, dr. Affan Priyambodo menjelaskan, sistem pelayanan stroke ini akan mengklasifikasikan rumah sakit berdasarkan kemampuannya dalam menangani kasus stroke, mulai dari rumah sakit yang bisa melakukan CT Scan hingga yang mampu melakukan katerisasi otak.

“Rumah sakitnya kita buat strata, ada peringkatnya. Dari yang paling simpel, yaitu mampu CT scan, dokter saraf harus ada, mampu melakukan penghancuran darah, setelah itu harus segera dikirim ke RS yang mampu melakukan katerisasi,” ujarnya.

Menurutnya, RSUP Prof. Ngoerah dan RS Bali Mandara telah siap sebagai rumah sakit dengan layanan stroke paripurna.

Di Bali utara, RSUD Buleleng juga sudah mampu melakukan CT scan dan akan diarahkan menjadi rumah sakit utama rujukan stroke.

“Target Menkes, tiap RS kabupaten/kota mampu diagnostik intervensi. Tapi sebelum tercapai, kita buat sistem agar satu daerah ke daerah lain bisa dalam waktu singkat. Misalkan kenanya di Tabanan, dia bisa pilih mana yang bisa CT scan atau katerisasi, tinggal ke utara atau ke selatan,” paparnya.

Ia menyebutkan jumlah dokter spesialis saraf di Bali mencapai lebih dari 150 orang, dan RSUP Prof. Ngoerah selama ini menjadi pusat rujukan dari 59 rumah sakit.

Pada World Stroke Day bulan Oktober, pihaknya menargetkan sudah ada sistem aplikasi digital yang terintegrasi untuk memastikan pasien stroke mendapat penanganan tepat waktu.

“Kita targetkan pada World Stroke Day di Oktober, kita akan buat lagi dan mereport bagaimana update dari perencanaan kita 6 bulan ke depan yang didukung langsung oleh Pak Gubernur. Pak Gubernur langsung bilang buat sistem dengan aplikasi,” tutupnya. (*)

 

Berita lainnya di Berita Kesehatan

 

Berita Terkini