Dr. Anom menegaskan dukungan penuh Dinas Kesehatan Provinsi bersama dinas kabupaten/kota dan seluruh rumah sakit, termasuk rumah sakit vertikal seperti Rumah Sakit Universitas Udayana, Rumah Sakit Bhayangkara, dan Rumah Sakit Angkatan Darat.
“Tujuan utama adalah mengurangi angka kematian stroke, mengurangi angka kecacatan stroke. Masyarakat akan mendapat pelayanan deteksi dini stroke, dan kalau ada kasus stroke cepat dilayani, tidak menimbulkan kematian maupun kecacatan,” tegasnya.
Ia mengakui bahwa tantangan utama dalam penanganan stroke selama ini adalah keterbatasan akses. Namun kini, Bali telah mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat, baik dari sisi alat maupun pelatihan dokter spesialis.
“Saat ini, untuk di Bali, kita sudah siap melayani. Apalagi, sudah ada jaringan, nanti kita ada di depan, hubungan rumah sakit satu dengan yang melayani akan cepat,” jelas dr. Anom.
Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang RSUP Prof. Ngoerah, dr. Affan Priyambodo menjelaskan, sistem pelayanan stroke ini akan mengklasifikasikan rumah sakit berdasarkan kemampuannya dalam menangani kasus stroke, mulai dari rumah sakit yang bisa melakukan CT Scan hingga yang mampu melakukan katerisasi otak.
“Rumah sakitnya kita buat strata, ada peringkatnya. Dari yang paling simpel, yaitu mampu CT scan, dokter saraf harus ada, mampu melakukan penghancuran darah, setelah itu harus segera dikirim ke RS yang mampu melakukan katerisasi,” ujarnya.
Menurutnya, RSUP Prof. Ngoerah dan RS Bali Mandara telah siap sebagai rumah sakit dengan layanan stroke paripurna. Di Bali utara, RSUD Buleleng juga sudah mampu melakukan CT scan dan akan diarahkan menjadi rumah sakit utama rujukan stroke.