Kini tari Legong juga menjadi pertunjukan menarik dengan tarian yang tidak mudah, tapi memiliki sisi magis berbeda dibanding tari lain di Bali. "Kalau murid sudah bisa tari Legong, biasanya tari lain akan mudah dipelajari," sebutnya.
Tak hanya menari, menabuh, mending juga pencipta, dan pemelihara seni budaya itu. Warisan leluhur adiluhung yang membuat Bali menjadi menarik di mata dunia.
Semua kisah mendiang Agung Mandera, dituangkan ke dalam sebuah buku yang ditulis oleh sang anak yaitu Agung Oka Dalem dan I Wayan Dibia. Kemudian langsung dikoreksi dan kurasi oleh Prof Bandem.
"Awal ide buku ini dari pandemi kemarin. Prof Bandem dan Prof Dibya, memberitahu saya untuk mengabadikan nama ayahanda dalam sebuah tulisan (buku)," jelasnya. 3 tahun lamanya, akhirnya buku bertajuk "Sang Maestro Legong dan Kebyar (Satya Bela Wira) Penjelajah Dunia Dari Bali" berhasil rampung.
Buku ini mengisahkan lengkap perjalanan seorang Agung Mandera, dan akan soft launching di Balerung, Peliatan, Ubud, pada 9 Juni 2025. "Nanti dari Pemkab juga akan ada launching di Gianyar," imbuh Agung Oka Dalem.
Tak hanya buku, ada pula pemutaran film beliau semasa hidup, dan pembuatan paviliun khusus tentang beliau sebagai pejuang dan praktisi seni di Peliatan, Ubud, Bali. "Semoga saja, dengan buku ini, semakin banyak generasi muda yang mengikuti jejak beliau menjadi para seniman, jangan takut, semua ada jalannya," sebut Agung Oka Dalem. (*)