Faktor cuaca juga menjadi penyebab penting dalam peningkatan kasus ini.
“Musim hujan yang dimulai lebih awal sejak Oktober 2024 membuat penyebaran nyamuk Aedes Aegypti lebih cepat, sehingga kasus DBD mulai meningkat sejak Januari 2025,” jelas Candrawati.
Selain itu, masih ada kendala dalam penanganan, salah satunya kurangnya kesadaran masyarakat mengenali gejala awal DBD, sehingga pasien sering datang terlambat ke fasilitas kesehatan.
Sebagai upaya pencegahan, Dinas Kesehatan melakukan berbagai langkah strategis seperti penyuluhan, edukasi, penyelidikan epidemiologi, pengaktifan Pokjanal DBD di tingkat desa dan kelurahan, serta fogging massal Ultra Low Volume (ULV) di jalan-jalan kota yang sudah dimulai sejak awal April 2025.
“Kami ajak masyarakat menjaga kebersihan lingkungan, mengenali gejala DBD, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran Jumantik Mandiri di setiap rumah tangga agar kasus DBD dapat ditekan dan angka kematian bisa diminimalkan,” katanya. (*)
Kumpulan Artikel Denpasar