TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - TPS3R Desa Adat Seminyak per hari menerima sebanyak 179 meter kubik yang berasal dari rumah tangga, hotel, vila, restoran dan cafe per hari.
Di mana sampah yang masuk ke TPS3R tergantung dari situasi dan kondisi pariwisata kalau sedang low season sampah turun, kalau sedang high season sampah naik.
Contohnya seperti libur Natal dan Tahun Baru, Idul Fitri, libur sekolah itu kiriman sampah yang masuk pasti banyak, bahkan bisa sampai overload.
Ini disampaikan Ketua TPS3R Desa Adat Seminyak, I Komang Rudita Hartawan saat ditemui pada Jumat 26 Juli 2025.
Baca juga: Penanganan Sampah, Dekan FISIP Undiknas Bali: Pemerintah Harus Bersinergi Dengan Masyarakat
Komang Rudita lebih lanjut menyampaikan karakteristik sampah itu berbeda tergantung situasinya di Seminyak ini karena daerah pariwisata karakteristik sampahnya lebih banyak yang organik.
Kalau di pedesaan lebih banyak sampah yang anorganiknya dibanding organik.
“Kalau dipersentasekan karakteristik sampah di Seminyak 60 persen organik dan 40 persen anorganik. Sampah organik di sini kita olah menjadi kompos sedangkan untuk anorganik khususnya sampah jenis plastik kita bisa olah menggunakan alat pres,” imbuhnya.
TPS3R Desa Adat Seminyak memiliki luas 17,5 are beroperasi sejak tahun 2003 dan saat ini memiliki armada sebanyak 28 unit mobil truk besar dan kecil tetapi yang beroperasi 22 unit dan 6 unit sisanya dijadikan cadangan.
Sebanyak 1.800 lebih pelanggan di Desa Adat Seminyak membayar iuran bulanan sampah kepada TPS3R dan jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan sebelum Covid-19.
Di mana saat ini TPS3R Desa Adat Seminyak mempekerjakan sebanyak mencapai 52 orang.
Menurut Komang Rudita, kalau pengelolaan sampah di mana pun sama baik negara maju dan negara berkembang, tetapi paling susah adalah mengubah pola pikir masyarakatnya.
“Yang paling susah itu mengubah pola pikir masyarakatnya. Mengubah mindset dari masyarakat agar memperlakukan sampah itu dengan baik,” ucapnya.
Saat ini pihaknya menginginkan yang paling utama di TPS3R Desa Adat Seminyak adalah sebuah alat atau teknologi untuk mengolah residu atau sampah-sampah yang tidak bisa kita daur ulang dan tidak ada nilai ekonominya.
Sehingga sampai sekarang sampah residu tetap kita buang atau kirim ke TPA Suwung.
“Residu per hari yang kita kirim rata-rata ke TPA Suwung itu 6 truk anggaplah 1 truk itu bisa menampung 2 ton jadi kurang lebih 12 ton. Di sini kita punya mesin pencacah untuk sampah organik yang kita jadikan kompos, mesin yang sebut sebagai monster untuk mengolah sampah plastik tidak ada nilai ekonominya kita daur ulang menjadi papan, balok dan lain sebagainya. Serta satu mesin press untuk sampah botol plastik,” ungkapnya.