bisnis

Kontribusi Ekonomi Digital Tembus Rp1.860T, Sektor Penting untuk Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HASIL RISET - Dari kanan: Research Director Prasasti Gundy Cahyady, Policy and Program Director Piter Abdullah, dan Board of Advisors Prasasti Burhanuddin Abdullah, saat peluncuran laporan riset ekonomi digital Prasasti Center for Policy Studies di Jakarta, Selasa (12/8).

Selain itu, riset ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 unit nilai tambah dari ekonomi digital akan mendorong peningkatan total output ke seluruh sektor lainnya sebesar 1,89 unit. “Angka ini merefleksikan ketergantungan sektor lain terhadap ekonomi digital,” kata Piter. (kontan)

Sistem Pembayaran Terintegrasi

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menggarisbawahi urgensi penguatan infrastruktur tersebut.

Keandalan infrastruktur sistem pembayaran yang terintegrasi menjadi kebutuhan mutlak seiring meningkatnya kemudahan transaksi, baik di dalam negeri maupun lintas negara. 

Data Bank Indonesia menunjukan, pembayaran digital pada 2024 mencatatkan total 34,5 miliar transaksi, atau meningkat sebesar 36,1 persen year-on-year (yoy).

“Tentu saja keandalan infrastruktur sistem pembayaran yang terintegrasi akan semakin diperlukan. Lebih dari itu, tantangan keamanan digital juga semakin diperlukan seiring konsumen atau masyarakat yang semakin adaptif dengan digital,” ujar Eko belum lama ini.

Eko menilai, sistem pembayaran Indonesia sejauh ini memang telah menunjukkan daya tahan yang baik di tengah gejolak geopolitik, di mana transaksi digital tetap tumbuh positif. Hal ini menggambarkan kemampuan adaptasi yang tidak lepas dari peran para penyelenggara infrastruktur di dalamnya.

Salah satu yang memiliki peran penting dalam ekosistem infrastruktur sistem pembayaran digital ini adalah lembaga switching.

Menurut Eko, lembaga switching memudahkan transaksi digital yang terjadi antar bank maupun non-bank. “Misal memudahkan transfer uang untuk membayar biaya pendidikan, transaksi saat liburan, transaksi melalui EDC, top up uang elektronik, dan seterusnya,” katanya.

Tak heran, peran lembaga switching kini makin disorot. Keberadaannya menjadi semakin krusial di tengah meningkatnya kebutuhan akan layanan transaksi yang cepat, aman, dan andal. (kontan)

Berita Terkini