GWK Bali

Akses Warga Ditembok Pengelola GWK, Budayawan: Ngalih Bati Ilang Sanggah Kemulan

Akses warga di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) ditembok oleh pihak GWK. Hal ini membuat ratusan warga, termasuk sekolah terisolasi.

|
Ida Bagus Putu Mahendra
Budayawan Kadek Wahyudita saat ditemui beberapa waktu lalu 

"Pola kapitalis selalu seperti itu. Uang receh diberikan untuk membangun citra bahwa mereka peduli dengan Bali," paparnya.

Baginya, keberadaan GWK juga tak memberikan kontribusi signifikan terhadap pariwisata Bali secara umum.

"Penglipuran, Tenganan, mereka tetap membuat jargonnya sendiri untuk mendatangkan wisatawan. Tidak ada pengarunya GWK terhadap kedatangan wisatawan ke sana," paparnya.

Baca juga: Sejarah Panjang GWK hingga Kini Tuai Polemik, Pasang Surut hingga Terealisasi Setelah 29 Tahun

Wahyudita pun meminta agar pemerintah berhenti memberikan izin terhadap proyek pariwisata yang mencaplok lahan yang luas.

"Berhenti buat pertumbuhan dengan base kuantitas. Dibutuhkan stabilisasi, rem agar stabil. Seperti naik motor, gas dinormalisasi. Semakin mewacanakan peningkatan kunjungan, maka semakin cepat tanah Bali habis," paparnya.

Ia juga meminta agar dibuat sebuah kajian serius terkait keberadaan pariwisata budaya yang digembar-gemborkan.

Dengan kajian tersebut akan diketahui apakah benar pariwisata di Bali masih berlandaskan pada napas budaya.

Baca juga: Ramai Seruan Driver Tak Rekomendasikan GWK ke Turis Saat Berkunjung ke Bali

Dan ia juga meminta pemerintah benar-benar belajar dari kejadian di GWK.

"Agar tidak seperti senggak nak tua (pepatah orang tua), ngalih sampi galang bulan, ngalih bati ilang sanggah kemulan. Kita kehilangan sumberdaya budaya, alam dan spiritualitas budaya, ideologi hilang hanya mengejar keuntungan yang tak seberapa atau uang receh," paparnya.

"Hak kelola silakan, tapi jangan membuat kehidupan masyarakat Bali terpasung. Karena dia hidup lahir di Bali, warga asli. Jangan sampai seperti orang hutan yang kehilangan hutannya. Orang Bali terusir dari tanahnya sendiri," imbuhnya.

Wahyudita menambahkan, potensi seperti apa yang terjadi di GWK masih akan terjadi ke depannya.

Dan itu hanya tinggal menunggu waktu, jika tak ditata dan diatur dengan serius oleh pemerintah. (*)
 
 
 
 
 
 Berita lainnya di GWK Bali
 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved