Berita Nasional

DEMO 28 Agustus di Depan Gedung DPR Ricuh, di Bali Tuntut Stop PHK, Tolak Tunjangan Berlebih DPR!

Ketua Partai Buruh Exco Bali, I Ketut Rudia mengataka ini merupakan aksi damai secara serentak di Seluruh Indonesia.

TRIBUNNEWS/JEPRIMA
AKSI UNJUK RASA - Aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta Selatan, Kamis (28/8). Demo tersebut berakhir ricuh, Masa nampak melempari petugas yang berjaga menggunakan bambu hingga batu serta merusak merusak sejumlah fasilitas yang ada di lokasi. 

TRIBUN-BALI.COM — Seluruh buruh dari berbagai serikat kerja di bawah Partai Buruh menggelar aksi damai dengan nama gerakan Hostum atau hapus outsorcing tolak upah murah. Di Bali, Partai Buruh Exco Bali pilih aksi damai dengan cara audiensi ke Kantor Gubernur Bali dan Dinas Ketenagakerjaan ESDM Provinsi Bali pada, Kamis (28/8). 

Ketua Partai Buruh Exco Bali, I Ketut Rudia mengataka ini merupakan aksi damai secara serentak di Seluruh Indonesia, dengan menyampaikan beberapa tuntutan. “Di kemas sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing. Khusus di Bali, kami memilih Aksi Damai dengan cara audensi ke pemerintah untuk menyampaikan 6 tuntutan. Tuntutan tersebut adalah instruksi dari Partai Buruh Pusat. Kami hanya menyampaikan sesuai dengan instruksi PB Pusat,” jelasnya.

Aksi demonstrasi buruh digelar, Kamis (28/8), dengan titik utama di Gedung DPR/MPR dan Istana Kepresidenan, Jakarta. Aksi tersebut diprakarsai Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sekaligus Ketua Umum Partai Buruh, Said Iqbal. Said menegaskan, aksi dilakukan untuk memperjuangkan sejumlah tuntutan, mulai dari kenaikan upah 8,5-10,5 persen, penghapusan pajak pesangon, hingga penghentian praktik outsourcing. 

Baca juga: 3 HILANG Terseret Arus di Pantai Mengening Cemagi, Tim SAR Gabungan Lakukan Pencarian

Baca juga: EKS Mantri Bank Tersangka Dugaan Korupsi Rp1,5 M Lebih, Sayu Gelapkan Saldo Nasabah & Kredit Fiktif

AKSI UNJUK RASA - Aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta Selatan, Kamis (28/8). Demo tersebut berakhir ricuh, Masa nampak melempari petugas yang berjaga menggunakan bambu hingga batu serta merusak merusak sejumlah fasilitas yang ada di lokasi.
AKSI UNJUK RASA - Aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta Selatan, Kamis (28/8). Demo tersebut berakhir ricuh, Masa nampak melempari petugas yang berjaga menggunakan bambu hingga batu serta merusak merusak sejumlah fasilitas yang ada di lokasi. (TRIBUNNEWS/JEPRIMA)

“Di kala buruh sedang berjuang meminta kenaikan upah 8,5 persen-10,5 persen, hapus outsourcing, setop PHK, RUU Ketenagakerjaan pro buruh, reformasi pajak PTKP jadi Rp 7,5 juta, hapus pajak THR, hapus pajak pesangon dan lain-lain, berantas korupsi, pemilu bersih, revisi UU Pemilu, kok masih ada pemimpin buruh seperti ini ya?” ujar Said. 

“Menyerukan kepada seluruh buruh Indonesia, khususnya anggota KSPI dan Partai Buruh di seluruh Indonesia di 38 provinsi, dalam aksi 28 Agustus 2025, harus damai, tertib, tidak ada kericuhan, tidak ada kekerasan,” kata Said seperti dilansir Kompas.com. 

Tuntutan buruh Said Iqbal menegaskan, aksi dilakukan puluhan ribu buruh ini akan dilakukan secara damai, dan menjadi momentum bagi buruh menyampaikan aspirasi. Dalam aksi 28 Agustus, Partai Buruh dan koalisi serikat pekerja juga membawa isu lain, di antaranya pembentukan Satgas PHK, pengesahan RUU Perampasan Aset, pemberantasan korupsi, dan revisi RUU Pemilu untuk desain sistem pemilu 2029.

Sementara itu, demo lanjutan di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, Kamis (28/8), yang dilakukan oleh rombongan mahasiswa diwarnai kericuhan. 

Aksi unjuk rasa menolak tunjangan berlebih anggota DPR berlangsung ricuh di depan Gedung DPR/MPR RI pada 25 Agustus 2025. Aparat menembakkan gas air mata sementara demonstran melempar batu dan botol, dan membakar ban. Bahkan, terjadi perusakan fasilitas umum seperti pos polisi dan pembatas jalur bus Trans Jakarta.

Bentrokan tersebut berlangsung hingga malam hari dengan eskalasi yang signifikan. Selain 25 Agustus, unjuk rasa juga terjadi pada 28 Agustus 2025. Aksi buruh yang berlangsung sejak pagi telah usai sekitar pukul 13.00 WIB.

Kemudian giliran mahasiswa dari berbagai kampus tiba di lokasi untuk melanjutkan demonstrasi sekitar pukul 14.00 WIB. Mereka menolak kebijakan tunjangan rumah sebesar Rp 50 juta untuk anggota DPR serta menuntut keadilan bagi guru honorer.

Situasi kemudian menjadi ricuh karena massa membakar gardu listrik dan melempar botol ke dalam area gedung DPR. Polisi kemudian merespons dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi, menembakkan gas air mata, dan memasang barikade untuk memukul mundur massa.

Pantauan di lokasi, massa yang memadati gerbang utama Gedung DPR melemparkan bambu runcing dan botol air mineral ke arah pagar, serta membakar tumpukan sampah yang menimbulkan asap pekat ke udara. 

“DPR hanya berpihak pada oligarki! Bubarkan DPR sekarang juga!” teriak salah satu orator dari atas mobil komando. 

Seruan itu langsung dibalas gemuruh teriakan massa. “Revolusi! Revolusi!", "DPR pengkhianat rakyat!", dan "Kami tidak takut, rakyat lawan oligarki!” 

Seperti dilansir Kompas.com Kericuhan mulai pecah sekitar pukul 14.20 WIB. Lemparan botol, kayu, dan bambu runcing dilakukan oleh sejumlah mahasiswa ke arah pagar DPR. Situasi semakin panas saat beberapa orang menyalakan api dan membakar sampah di depan gerbang utama, menyebabkan asap hitam mengepul dari balik barikade beton. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved