Berita Nasional
Permintaan Ekspor Mobil Classic Tuksedo Studio Tinggi, Namun Terkendala Regulasi
Banyak regulasi atau peraturan dari pemerintah yang membuat penerbitan VIN tidak mudah.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Permintaan dari luar negeri terhadap replika mobil classic buatan Tuksedo Studio sangat tinggi, di mana saat ini sudah ada dua pembeli dari Dubai dan Amerika.
Dan saat ini permintaan itu masih dalam proses pengerjaan namun dibalik itu pihak Tuksedo Studio mengalami hambatan dalam pengiriman jika dua unit replika mobil classic itu rampung.
"Sampai sekarang belum (ekspor). Ada dua orang yang pesan dan saya berbicara kepada mereka saya belum tentu bisa ekspor. Dia bilang tidak apa-apa nanti akan ketemu jalannya," ujar Pendiri Tuksedo Studio, Pudji Handoko, Sabtu 27 September 2025.
Di mana kendala yang dihadapi Tuksedo Studio dalam rencana ekspor unit replika mobil classic ini adalah regulasi baik regulasi di dalam negeri sendiri maupun negara tujuan ekspor.
Baca juga: Sejumlah Vila, Mobil dan SPBU Terdampak Banjir Ajukan Klaim Asuransi ke Jasindo Denpasar
Regulasi di dalam negeri sendiri contohnya adalah penerbitan VIN Vehicle Identification Number.
"Setiap negara tujuan ekspor beda-beda regulasinya tapi pada dasarnya semua itu meminta kita harus punya VIN number. Dan VIN number itu kita berhak memproduksi mobil. VIN number sedang kita urus tapi ternyata mengurus VIN number tidak gampang," ungkap Pudji.
Proses penerbitan VIN mobil prosesnya sangat panjang dan lama sudah hampir 5 tahun Tuksedo Studio berdiri hingga saat ini belum mendapatkannya.
Banyak regulasi atau peraturan dari pemerintah yang membuat penerbitan VIN tidak mudah.
Pihaknya berharap pemerintah bisa mengubah sejumlah aturan agar mudah bisa mendapatkan VIN karena permintaan ekspor sangat banyak tetapi terbentur belum memiliki VIN.
"Harus mengubah peraturan dan ini itu banyak hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah sendiri. Saya mau mengurus (pertama mengajukan VIN) ditanya apa yang mau di ekspor. Terus saya jawab mau ekspor mobil. Lalu dijawab lagi loh bapak mau ekspor mobil. Karena selama ini belum ada yang mengekspor mobil. Hal-hal seperti itu masih menjadi kendala buat kita," papar Pudji Handoko.
Dan kendala-kendala tersebut disampaikan kepada Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar, saat mengunjungi workshop Tuksedo Studio yang berada di Jl. Tukad Tampuagan No.356, Ketewel, Kec. Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Respon Wamen Ekraf Irene pun positif akan mendorong untuk segera dilakukan perampingan regulasi.
"Demandnya (permintaan ekspor) ada bukan potensi lagi tinggal di depan mata tinggal regulasinya kita bagusin dan tinggal tancap gas," kata Wamen Irene Umar.
Ia menambahkan, datang kesini ingin melihat detail kesulitannya ada, dimana dan mereka mempelajarinya bagaimana untuk merapikan regulasinya.
Karena pesan langsung dari Presiden Prabowo adalah yang ribet tolong di simplifikasi untuk mempermudah semua Warga Negara Indonesia berkreasi dan menunjukkan kreasi mereka di kancah internasional.
"Jadi kita menjalankan tugas di sini. Ada beberapa hal dalam ekspor biasanya regulasi bea cukai. Kalau ekspor mobil itu biasanya orang merasa produksi massal di bawah Kementerian Perindustrian. Tapi kalau yang seperti ini (replika mobil classic Tuksedo Studio) bukan produksi massal. Karena ini artistsan sekali dan 100 persen handmade," jelasnya.
Ia menegaskan sudah tidak zamannya lagi negara mengeluarkan regulasi setengah-setengah, harus mengeluarkan regulasi itu end to end.
“Namun itu semua perlu waktu jadi mohon bersabar dan mohon doanya, kita menyerap semua kendala-kendala ini supaya kita bisa memberikan regulasi terbaik untuk setiap industri,” ucapnya.(*)
Kumpulan Artikel Nasional

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.